Unik, Jam Matahari Jadi Penanda Salat di Masjid Yogya Ini
Untuk mengetahui ketepatan waktu salat, masjid memiliki alat yang sangat sederhana berupa jam matahari yang saat ini sudah jarang dijumpai.
Kotagede, menjadi incaran wisatawan yang ingin berburu perhiasan perak di Yogyakarta. Bangunan-banguanan tempo dulu menjadikan kawasan ini selalu menarik untuk dikunjungi.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Yogyakarta? Yogyakarta adalah destinasi yang kaya akan situs-situs budaya dan bersejarah. Salah satunya Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu yang menakjubkan.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Kenapa Masjid Agung Surakarta menjadi tempat wisata religi yang berbeda? Selain dapat beribadah, di sini Anda juga dapat merasakan sensasi wisata religi yang berbeda.
-
Dimana tempat pelaksanaan ibadah haji yang membedakannya dengan umroh? Sedangkan sebagai ibadah wajib, haji mewajibkan semua jemaahnya untuk melakukan rukun yang dikerjakan di luar Mekkah. Rukun-rukun tersebut antara lain wukuf di Arafah, melempar jumroh di Mina, dan mabit atau menginap di Muzdalifah.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
Bahkan nuansa peninggalan kerajaan Islam Mataram masih terasa kental di tempat ini. Salah satu buktinya yaitu Masjid Perak Kotagede, yang menjadi tempat bersimpuh sebagian besar pengrajin perak sejak zaman kemerdekaan.
Masjid Perak Kotagede dibangun pada tahun 1940, yang berawal dari ide tiga tokoh pembesar keagamaan di Kotagede yaitu KH Mudakir, KH Amir dan KH Muhsin. Dibangun pada masa perjuangan, membuat halaman Masjid Perak Kotagede menjadi saksi bisu pembekalan dan pelepasan Laskar Hizbullah/Sabilillah menuju medan perang.
Masjid Perak dibangun karena keprihatinan masyarakat sekitar yang melihat penyalahgunaan Masjid Gede.
Pada saat itu, letak Masjid Gede yang berada dalam satu komplek dengan makam raja-raja Mataram, dianggap dapat mengeluarkan hal-hal gaib yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Kemudian, para pengunjung menggunakan komplek masjid sebagai tempat ritual mereka.
Untuk menghindari praktik syirik di tengah masyarakat, maka dibangunlah masjid Perak yang berada di sebelah utara Masjid Agung (Gede) Mataram. Tepatnya, berlokasi di Jalan Mondorakan Kotagede dan berada persis di belakang SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Pembangunan masjid juga untuk menandai kesuksesan Muhammadiyah pada saat itu.
Meskipun berada di kawasan pengrajin perak, ternyata nama masjid diambil dari bahasa Arab 'Firoq'. Untuk melambangkan kebebasan umat dari pemikiran kotor, kebekuan berpikir pada masa lalu, dan pemisahan tegas kaum reformis terhadap bentuk ikatan kekuasaan agama dari kerajaan Islam dan adat.
Masjid Perak Kotagede mempunyai ruang utama seluas 100 meter. Berbentuk Joglo dengan empat tiang (soko guru) berbentuk bulat agak runcing yang diletakkan di atas umpak berbentuk bulat panjang dan dikelilingi tembok yang membatasi serambi ruangan bagian utara dan selatan. Sedangkan serambi masjid beratap limasan.
Hiasan kaligrafi terdapat di atas pintu utama. Di bagian lain ada juga hiasan kaligrafi yang dimaksudkan untuk menciptakan suasana khusyuk dalam menjalankan ibadah. Mimbar masjid pun masih menggunakan mimbar pertama saat masjid dibangun.
Untuk mengetahui ketepatan waktu salat, masjid memiliki alat yang sangat sederhana berupa jam matahari yang saat ini sudah jarang dijumpai.
(Dari berbagai sumber)
(mdk/dream)