Kisah Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi yang Berinteraksi dengan Lautan, Keajaiban Seorang Wali
Syekh Abu al-Abbas al-Mursi ialah merupakan salah seorang murid ulama sufi ternama yakni Syekh Abu Hasan As-Syadzili.
Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi adalah salah satu murid dari ulama tasawuf terkenal, yaitu Syaikh Abu Hasan as-Syadzili. Ia dikenal sebagai murid kesayangan Syaikh Abu Hasan as-Syadzili, yang terlihat dari kedekatannya dengan sang guru.
Ketika membahas sosok murid dari ulama sufi besar ini, sangat menarik untuk menyoroti karomah yang dimilikinya. Salah satu karomah yang dimiliki oleh Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi adalah kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lautan, bahkan ia dapat membuat lautan tunduk kepadanya. Berikut adalah kisah selengkapnya.
-
Mengapa Abdul Karim Amrullah tertarik dengan Muhammadiyah? Ia kemudian juga tertarik dengan organisasi Muhammadiyah karena memiliki ideologi yang sama terkait agama Islam beserta sistem pendidikan yang dianut.
-
Di mana Abdul Karim Amrullah lahir? Mengutip beberapa sumber, Abdul Karim Amrullah lahir di Nagari Sungai Batang, Maninjau, Agam, Sumatra Barat pada 10 Februari 1879.
-
Apa makna dari kalimat "Innalilahi wainnailahi rojiun" dalam Islam? "Innalilahi wainnailahi rojiun" merujuk kepada pengakuan seseorang atas kuasa Allah SWT. Artinya jika seseorang mengucap kalimat itu berarti dia menyatakan bahwa tak ada jiwa selain kehendak Allah SWT.
-
Bagaimana Abdul Karim Amrullah memperkenalkan pemikiran Islam modernnya? Buah pemikiran modern itu terbentuklah Sumatra Thawalib yang menjadi sekolah Islam modern pertama yang berdiri di Indonesia.
-
Apa ciri khas bacaan sholat Muhammadiyah? Bacaan sholat Muhammadiyah tidak mengandung bacaan tambahan, seperti membaca basmalah sebelum surat Al-Fatihah, membaca qunut pada sholat subuh, dan membaca doa setelah tasyahud akhir.
-
Bagaimana pemikiran Notodiharjo memengaruhi Kartosoewirjo dalam memahami ajaran Islam? Notodiharjo menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo.
Visi Syekh Abu Hasan As-Syadzili tentang Gelombang Besar
Menurut laporan dari Islami.co, terdapat sebuah cerita yang menggambarkan karomah seorang murid Syekh Abu al-Hasan as-Syadzili (w. 656 H) yang bernama Syekh Abu al-'Abbas al-Mursi (w. 685 H).
Cerita ini diambil dari karya Syekh Ma`mun Gharib yang berjudul Abu al-Hasan al-Syadzili: Hayatuhu wa Tashawwufuhu wa Talamidzuhu wa Awraduhu (hlm. 100-101).
Pada suatu ketika, Syekh Abu al-Abbas al-Mursi bersama Syekh Abu al-Hasan as-Syadzili dan para pengikutnya berencana untuk melaksanakan ibadah haji. Ketika mereka tiba di sebuah tempat yang disebut Akhmim, as-Syadzili menceritakan kepada al-Mursi tentang mimpinya yang dialaminya semalam.
Dalam mimpinya, beliau berada di tengah keramaian di atas sebuah kapal di tengah laut. Angin bertiup sangat kencang dan ombak menggulung-gulung, sehingga kapal yang mereka tumpangi mengalami kebocoran.
Beliau kemudian mendekati tepi kapal dan berkata: "Wahai lautan, jika engkau diperintahkan untuk mendengar dan menaatiku, maka semua anugerah adalah milik Allah. Namun jika tidak, maka semua ketetapan adalah milik Allah." Dan laut pun menjawab: "Taat! Taat!"
- Kisah Auj bin Unuq, Raksasa yang Hidup di Zaman Nabi Nuh dan Nabi Musa
- Cerita di Balik Al Quran Raksasa di Ponpes Al Hikmah Cilegon, Ditulis Menggunakan Tangan
- Kisah Syekh Mudzakir Ulama Asal Demak, Makamnya di Tengah Laut
- Kisah Kiai Ahli Al-Qur'an Asal Kudus, Tak Punya Biaya ke Tanah Suci Berujung Naik Haji Gratis Bareng Istri
Mengobrol dengan Samudera
Setelah menceritakan mimpinya, as-Syadzili memberikan wasiat kepada al-Mursi untuk melanjutkan perjalanan, apa pun yang akan terjadi di kemudian hari. Ia juga menyampaikan bahwa akan ada sebuah 'keajaiban' (karomah) yang akan terjadi.
Ketika rombongan tiba di daerah yang disebut Humaitsara, as-Syadzili jatuh sakit dan meninggal dunia, dan beliau pun dikebumikan di sana. Sesuai dengan wasiat gurunya, Syekh al-Mursi beserta rombongan melanjutkan perjalanan mereka.
Saat menyeberangi Laut Merah, mereka menghadapi ancaman keselamatan akibat angin kencang dan ombak besar yang menggulung, sehingga kapal mereka mengalami kebocoran.
Dalam situasi tersebut, al-Mursi melupakan mimpi yang diceritakan oleh gurunya. Namun, ketika penumpang kapal berada dalam bahaya tenggelam dan keadaan semakin sulit, al-Mursi teringat kembali akan mimpi tersebut dan mempraktikkan apa yang dilakukan oleh as-Syadzili.
Ia mengulangi perkataan as-Syadzili: "Wahai lautan, jika engkau diperintahkan untuk mendengar dan menaatiku, maka segala anugerah adalah milik Allah. Namun, jika tidak, maka segala ketetapan adalah milik Allah." Kemudian, 'keajaiban' yang disampaikan oleh as-Syadzili pun terjadi, al-Mursi mendengar 'jawaban' dari lautan: "Taat! Taat!" Tidak lama setelah al-Mursi mengucapkan kata-kata tersebut, cuaca pun berubah menjadi lebih bersahabat dan lautan kembali tenang.
Semua penumpang kapal, termasuk al-Mursi dan rombongan, akhirnya dapat melanjutkan perjalanan dengan lancar dan selamat. Inilah salah satu kisah tentang karomah Syekh Abu al-Abbas al-Mursi. Yang jelas, karomah yang dialami oleh para wali merupakan bentuk kemuliaan dari Allah, dan semua itu terjadi semata-mata atas izin-Nya. Wallahu a'lam. Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Tontonlah Video yang Direkomendasikan Ini:
Tautan berikut mengarah ke video mengenai produk TKI yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, yang dapat menghadapi hukuman penjara selama 20 tahun dan denda sebesar Rp10 miliar. Silakan lihat video tersebut di sini: