Kisah Kiai Ahli Al-Qur'an Asal Kudus, Tak Punya Biaya ke Tanah Suci Berujung Naik Haji Gratis Bareng Istri
Ulama ini dikenal alim sejak belia. Ia hafal Al-Qur'an saat usianya masih 14 tahun

Ulama ini dikenal alim sejak belia. Ia hafal Al-Qur'an saat usianya masih 14 tahun

Kisah Kiai Ahli Al-Qur'an Asal Kudus, Tak Punya Biaya ke Tanah Suci Berujung Naik Haji Gratis Bareng Istri

Kiai Sya'roni Ahmadi asal Kudus, Jawa Tengah dikenal alim sejak belia. Pada usia 11 tahun, ia hafal Kitab Alfiyah Ibnu Malik. Kemudian, pada usia 14 tahun, ia yang saat itu sudah yatim piatu hafal Al-Qur'an.
Profil
Kiai Sya'roni lahir di Kudus pada 17 Agustus 1931. Ia merupakan buah hati dari pernikahan Ahmadi dengan Nyai Masnifah. Anak ketujuh dari delapan bersaudara ini ditinggal ayah dan ibunya saat masih belia. Ibunya meninggal saat dirinya berusia sekitar tujuh tahun. Sementara sang ayah meninggal saat Kiai Sya'roni berusia 14 tahun.

Kiai Sya'roni menikah dengan Nyai Afifah dan dikaruniai delapan anak. Enam anak perempuan yaitu Zuhairoh, Zulaifa, Zuhaidah, Zuhailah, Zufariyah Noor, dan Manunal Ahna; dan dua anak laki-laki bernama Muhammad Yusrul Hana dan Muhammad Yusrul Falah.
Kepribadian
Mengutip situs Maarif NU Jateng, Kiai Sya'roni dikenal sebagai sosok yang sederhana, ramah, dan menghormati siapapun. Ia selalu menyambut tamunya dengan ramah, tak peduli apa latar belakang sang tamu. Dosen IAIN Kudus, Aan Heri Ustadzi menceritakan, saat masih sekolah di Madrasah Aliyah, ia pernah bertamu kepada Kiai Sya'roni dan mendapat sambutan hangat penuh hormat.

Peran
Kiai Sya'roni punya peran besar dalam menyebarkan nilai-nilai Islam Ahlusunnah Wal Jamaah di Kudus. Ia jadi tujuan banyak kiai di Kudus untuk menimba ilmu agama.
Pengajian majelis Tafsir Kitab Tafsir Jalalain rutinan yang digelar di masjid Menara Kudus selalu ramai. Jemaah tidak hanya datang dari Kudus, tetapi juga dari daerah-daerah lain seperti Jepara, Pati, Demak, dan sekitarnya. Mereka bahkan rela pergi secara rombongan naik mobil atau menyewa bus.
Menariknya, jemaah pengajian rutin ini tidak hanya dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga dari latar belakang lain. Seringnya, dalam majelis pengajian, Kiai Sya'rono menggunakan bahasa Jawa halus dan kadang diselingi humor sehingga terkesan di hati para jemaah.
Cita-cita Naik Haji
Ada sebuah kisah unik tentang Kiai Sya'roni dan sang guru, Kiai Bisri Musthofa. Mengutip situs NU Online, pada tahun 1990-an, Kiai Sya’roni mengadu kepada gurunya tentang keinginan berangkat ke tanah suci yang belum terpenuhi. Singkat cerita, Kiai Bisri Musthofa memberikan trik khusus kepada murid kesayangannya itu supaya keinginan beribadah ke tanah suci segera terwujud.
Sang guru memberikan amalan khusus kepada Kiai Sya'roni agar dirinya melakukan salat Tahajud dua rakaat setiap malam dengan membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas. Setelah salam, ia diminta membaca wirid istighfar 70 kali, selawat nabi 100 kali, serta lafal “yaa syakuur” 1.000 kali.
Setiap malam, Kiai Sya’roni benar-benar mengamalkan pesan sang guru. Sampai tiba suatu hari, Kiai Sya’roni didatangi tamu seorang lelaki muda gagah yang tak ia kenal. Rupanya, pemuda itu merupakan alumni madrasah Qudsiyyah Kudus.

Haji Gratis Bareng Istri
Beberapa tahun pasca haji seorang diri, Kiai Sya'roni kembali mendapat kesempatan pergi ke tanah suci bersama istrinya. Lagi-lagi, ia naik haji gratis. Kali ini berkat ajakan salah seorang yang kaya raya.