Momen Prabowo Subianto Ziarah ke Makam Ayah, Sosoknya Bukan Orang Sembarangan
Sosok ayah Prabowo Subianto, Soemitro Djojohadikoesoemo.
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto membagikan potret merekam momen ketika ia sedang berziarah ke makam ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo.
Foto tersebut ia bagikan melalui unggahan di Instagram pribadinya, @prabowo. Bukan orang sembarangan, ayah Prabowo ternyata merupakan seorang ekonom terkemuka di Indonesia. Simak ulasannya:
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep menemui Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Apa yang ditolak mentah-mentah oleh Prabowo Subianto? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Siapa yang menjadi keponakan Prabowo Subianto? Selain itu, ternyata Tommy masih memiliki hubungan keluarga dengan Prabowo, sebagai keponakan.
-
Apa yang terjadi saat Pramono Anung dan Puan Maharani bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, terekam dalam kamera saat dirinya menarik bakal calon gubernur Jakarta Pramono Anung ke hadapan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Unggahan Prabowo Subianto
Melalui unggahannya, Prabowo membagikan beberapa foto ketika ia melakukan ziarah ke makam sang ayah di momen lebaran Idulfitri 1444 H kali ini.
Dalam postingan tersebut, tampak Menhan yang datang menggunakan pakaian motif batik dan kopiah hitam itu, pertama-tama melakukan tradisi tabur bunga terlebih dulu.
Foto: Instagram ©2023 Merdeka.com
Tak lupa, ia juga menyempatkan diri untuk berdoa di samping makam ayahnya. Diketahui, jika ayah Prabowo dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
"Masih dalam suasana Idulfitri, saya berziarah ke makam ayah saya Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo di TPU Karet Bivak," tulisnya dalam keterangan foto.
Foto: Instagram ©2023 Merdeka.com
Sosok Ayah Prabowo Bukan Orang Sembarangan
Dikutip dari wikipedia, Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan salah satu ekonom paling terkemuka di eranya. Ia adalah seorang ahli ekonomi yang berhasil menemukan sistem ekonomi Gerakan Benteng.
Soemitro yang merupakan anak sulung lahir dari keluarga ningrat Jawa, Raden Mas Margono Djojohadikusumo.
Soemitro sempat menempuh pendidikan ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam. Selama 1942-1994, Soemitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah, khususnya urusan ekonomi.
©2021 Merdeka.com/Instagram @prabowo
Pencetus Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Pada masa Kabinet Natsir (1950-1951), Sumitro Djojohadikusumo diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian. Pada saat itu, Sumitro memandang industrialisasi sebagai suatu kebutuhan untuk bisa mengembangkan perekonomian Indonesia.
Ia kemudian mengajukan beberapa program keuangan, seperti Rencana Urgensi Ekonomi dan Rencana Sumitro atau Plan Sumitro. Tetapi, program itu ternyata tidak ada satu pun yang berhasil.
Hingga akhirnya pada 1950, ia menemukan sistem ekonomi Gerakan Benteng yang bertujuan untuk melindungi para pengusaha pribumi. Ada dua kebijakan yang diterapkan dalam Gerakan Benteng.
Pertama mengistimewakan importir pribumi dan memberikan kredit modal pada para penguasa yang sulit mendapat pinjaman dari bank.
Pernah Menjabat Berbagai Posisi Penting
Selain Menteri Perdagangan dan Perindustrian, Sumitro juga pernah menduduki berbagai jabatan penting di pemerintahan, seperti:
- Menteri Keuangan Kabinet Wilopo (1952-1953)
- Menteri Keuangan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-1956)
- Menteri Perdagangan Kabinet Pembangunan I (1968-1973)
- Menteri Riset Kabinet Pembangunan II (1973-1978)
- Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (1952-2000)
- Bergabung dengan PRRI/Permesta (1958-1961)
- Konsultan Ekonomi di Malaysia, Hong Kong, Thailand, Perancis, dan Swiss (1958-1967)
- Ketua Umum Induk Koperasi Pegawai Negeri (1982)
- Komisaris Utama PT. Bank Pembangunan Asia (1986)