Surat Al Muthaffifin Beserta Terjemahannya, Lengkap dengan Asbabun Nuzul & Tafsir
Surat Al Muthaffifin beserta terjemahan dan lengkap dengan Asbabun Nuzul dan tafsirnya.
Dalam mushaf Al-Quran, Al Muthaffifin merupakan surat ke-83. Surat Al Muthaffifin ini termasuk surat terakhir yang turun di Makkah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Sehingga Al Muthaffifin termasuk ke dalam surat Makkiyah. Surat yang terdiri dari 36 ayat ini disebutkan memiliki arti dan menceritakan tentang orang-orang yang curang.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh An Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih yang bersumber dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah Saw sampai ke Madinah,
-
Bagaimana cara membaca doa khatam Al Quran? Berikut bacaan doa dan artinya yang penuh makna:Shadaqallaahul 'aliyyul 'azhiim. Wa shadaqa rasuuluhun nabiyyul kariim. Wa nahnu 'alaa dzaalika minasy syaahidin wasy syaakirin. Walhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii'ul 'aliim. Allaahummar zuqnaa bi-kulli harfin minal qur'aani halaawatan. Wa bikulli juz-in minal qur'aani jazaa-an.
-
Bagaimana cara para qori membaca Alquran raksasa di Masjid Agung Baiturrahman? Setiap pembacaan Alquran raksasa ini dibutuhkan paling tidak tiga qori. Dimana 1 qori bertugas untuk melantunkan ayat-ayat suci, sementara 2 qori lainnya bertugas untuk membuka setiap lembar halaman Alquran.
-
Bagaimana cara membaca doa khotmil Quran? Berikut bacaan doa khotmil Quran pendek dan artinya yang bisa diamalkan: Allhummarhamni bilqur’an. Wajalhu li imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allahumma dzakkirni minhu ma nasitu wa ‘allimni minhu ma jahiltu warzuqni tilawatahu aana-allaili waj’alhu li hujatan ya rabbal ‘alamin.
-
Kenapa ghunnah penting dalam membaca Al-Quran? Ghunnah sebenarnya adalah bagian dari sifat huruf yang tetap, Akan tetapi karena huruf mim dan nun sangat berdengung ketika bertasydid daripada ketika tidak bertasydid, makan dikenai hukum bacaan tersendiri, yaitu hukum bacaan ghunnah.
-
Bagaimana cara membaca doa khatam Al-Quran Nahdatul Ulama? Doa Khatam Quran Nahdlatul Ulama yang biasa dibaca di kalangan NU: اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَArab-latin: Allhummarhamni bilquran. Waj'alhu lii imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu maa nasiitu wa 'allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilawatahu aana-allaili wa'atrofannahaar waj'alhu li hujatan ya rabbal 'alamin.
-
Bagaimana cara membaca surat Al-Mulk? Surat Al Mulk memiliki bacaan yang cukup panjang, namun mengandung makna dan pelajaran yang bijak.
Baca juga: Kitab Suci Umat Islam Adalah Al Quran Ketahui Fungsi Dan Maknanya
"Diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk orang-orang yang paling curang dalam menakar dan menimbang. Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini, sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam menimbang dan menakar. Setelah ayat-ayat tersebut turun, orang-orang Madinah menjadi orang-orang yang jujur dalam menimbang dan menakar."
Lantas bagaimana Surat Al Muthaffifin beserta terjemahan dan lengkap dengan Asbabun Nuzul dan tafsirnya? Melansir dari berbagai sumber, Selasa (8/3), simak ulasan informasinya berikut ini.
Surat Al Muthaffifin & Terjemahannya
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ
1. Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!
الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ
2. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan,
وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ
3. dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.
اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَۙ
4. Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
لِيَوْمٍ عَظِيْمٍۙ
5. pada suatu hari yang besar,
يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ
6. (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.
كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍۗ
7. Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin.
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا سِجِّيْنٌۗ
8. Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu?
كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌۗ
9. (Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal).
وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَۙ
10. Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!
الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِۗ
11. (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).
وَمَا يُكَذِّبُ بِهٖٓ اِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍۙ
12. Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,
اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَۗ
13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “Itu adalah dongeng orang-orang dahulu.”
كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
14. Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَۗ
15. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.
ثُمَّ اِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِۗ
16. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
ثُمَّ يُقَالُ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَۗ
17. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “Inilah (azab) yang dahulu kamu dustakan.”
كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْاَبْرَارِ لَفِيْ عِلِّيِّيْنَۗ
18. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam ’Illiyyin.
Surat Al Muthaffifin
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا عِلِّيُّوْنَۗ
19. Dan tahukah engkau apakah ’Illiyyin itu?
كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌۙ
20. (Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal),
يَّشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَۗ
21. yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).
اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍۙ
22. Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,
عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ يَنْظُرُوْنَۙ
23. mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.
تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِۚ
24. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.
يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍۙ
25. Mereka diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih dilak (disegel),
خِتٰمُهٗ مِسْكٌ ۗوَفِيْ ذٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَۗ
26. laknya dari kasturi. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
وَمِزَاجُهٗ مِنْ تَسْنِيْمٍۙ
27. Dan campurannya dari tasnim,
عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُوْنَۗ
28. (yaitu) mata air yang diminum oleh mereka yang dekat (kepada Allah).
اِنَّ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا كَانُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يَضْحَكُوْنَۖ
29. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman.
وَاِذَا مَرُّوْا بِهِمْ يَتَغَامَزُوْنَۖ
30. Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya,
وَاِذَا انْقَلَبُوْٓا اِلٰٓى اَهْلِهِمُ انْقَلَبُوْا فَكِهِيْنَۖ
31. dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria.
وَاِذَا رَاَوْهُمْ قَالُوْٓا اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَضَاۤلُّوْنَۙ
32. Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat,”
وَمَآ اُرْسِلُوْا عَلَيْهِمْ حٰفِظِيْنَۗ
33. padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin).
فَالْيَوْمَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُوْنَۙ
34. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman yang menertawakan orang-orang kafir,
عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ يَنْظُرُوْنَۗ
35. mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.
هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ ࣖ
36. Apakah orang-orang kafir itu diberi balasan (hukuman) terhadap apa yang telah mereka perbuat?
Asbabun Nuzul Surat Al Muthaffifin
Dikatakan sebelumnya, Al Muthaffifin adalah surat Makkiyah yang memiliki arti orang-orang yang curang.
Melansir dari dream.co.id, ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, diketahui bahwa orang-orang Madinah termasuk orang-orang yang paling curang dalam menakar dan menimbang. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh An Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih dan bersumber dari Ibnu Abbas.
Sehingga Allah SWT menurunkan ayat-ayat dalam surat Al Muthaffifin sebagai ancaman. Khususnya kepada orang-orang yang berperilaku curang dalam menimbang dan menakar. Setelah ayat-ayat dalam surat Al Muthaffifin turun, orang-orang Madinah kemudian menjadi orang-orang yang jujur dalam menimbang dan menakar.
Tafsir Surat Al Muthaffifin
Terdapat perbedaan pendapat oleh beberapa ulama dalam penafsiran. Sebagian ulama mengatakan wail dalam surat Al Muthaffifin adalah lembah neraka. Beberapa ulama lainnya berpendapat, wail adalah bentuk kebinasaan jika ditinjau dari segi bahasa. Yaitu binasalah orang-orang curang itu. Pendapat kedua inilah yang kemudian lebih kuat dibanding pendapat sebelumnya.
Lebih luas lagi, makna surat Al Muthaffifin yaitu mengenai takaran pedagang. Memang, mengurangi timbangan serta takaran memungkinkan untuk terjadi pada pedagang. Namun, tidak menutup kemungkinan perilaku curang tersebut juga dilakukan oleh orang-orang bukan pedagang.
Salman Al Farisi menjadikan makna ancaman dalam surat Al Muthaffifin ini bukan hanya berlaku pada proses jual-beli saja. Tetapi juga pada pekerjaan maupun kondisi lainnya. Intinya yang dapat diambil dari ayat ke-2 dan ke-3 adalah menuntut hak pada orang lain, namun tidak memberikan hak yang sama pada orang tersebut.
Misalnya, pegawai yang mencuri waktu pekerjaannya seperti datang terlambat dan pulang diam-diam. Alih-alih merasa bersalah, dia justru menuntut untuk mendapatkan gaji yang tinggi dari perusahaannya. Tentu saja hal itu termasuk ke dalam makna menuntut hak namun enggan menunaikan kewajibannya. Seperti diketahui, memberikan hak kepada orang lain merupakan kewajiban yang harus dipenuhi. Apabila mengurangi hak orang lain meskipun hanya sedikit saja, maka celakalah kalian di akhirat kelak.