100 Hari kerja kabinet Jokowi tak mampu bawa Rupiah bergairah
Di bidang ekonomi, utamanya pasar modal, kinerja duet negarawan tersebut dinilai belum terlihat.
Sejak dilantik pada 20 Oktober 2014 lalu, pasangan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Indonesia selama 100 hari.
Di bidang ekonomi, utamanya pasar modal, kinerja duet negarawan tersebut dinilai belum terlihat. Malah, terpuruk dari sisi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD).
Head of Research Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI), Reza Priyambada menilai, selama 100 hari di bawah pemerintahan Jokowi-JK, kondisi nilai tukar Rupiah tersungkur cukup dalam. "Yang aku concern tentang Rupiah nih yang belum ada tanda-tanda kehidupan," tutur Reza kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (20/1).
Wakil Presiden Jusuf Kalla selalu mengatakan bahwa kondisi terpuruknya Rupiah terhadap USD adalah baik untuk meningkatkan ekspor. Namun, Reza berpendapat, hal itu benar apabila Indonesia memiliki barang-barang manufaktur kualitas ekspor yang tidak bisa disaingi negara-negara lain.
"Kalau (ekspor) kita kan lebih banyak dari komoditas. Jadi kalau pemerintah bilang bagus untuk ekspor, ekspor yang mana?" ucap Reza.
Technical Analyst PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya berpendapat lain. Menurutnya, meski belum signifikan, namun, beberapa kebijakan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla bisa menjaga stabilnya kondisi pasar modal.
Ke depan, William berharap, pemerintah mampu lebih banyak menarik investor untuk masuk ke pasar modal Indonesia. "Perlunya peningkatan daya tarik pasmod kita supaya capital inflow bisa lebih bergairah lagi di tahun ini," tutur William.