4 Fakta menarik di balik pembangunan tol layang Jakarta-Cikampek
Proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II yang dibuat melayang milik PT Jasa Marga Tbk ditargetkan selesai pada 2019. Pembangunan jalan tol ini menjadi solusi atasi kemacetan di jalan tol tersebut.
Pemerintah Jokowi-JK berencana akan membangun jalan tol melayang Jakarta-Cikampek. Jalan bebas hambatan ini dibutuhkan karena kemacetan yang kerap terjadi di jalan tol Jakarta-Cikampek saat ini. Dipilihnya jalur melayang atau elevated agar tidak memerlukan pembebasan lahan lagi.
Proyek pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II yang dibuat melayang milik PT Jasa Marga Tbk ditargetkan selesai pada 2019. Pembangunan jalan tol ini menjadi solusi atasi kemacetan di jalan tol tersebut.
-
Mengapa jalan tol dibangun di Indonesia? Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) tengah gencar membangun infrastruktur untuk menekan biaya logistik. Salah satunya jalan tol.
-
Bagaimana proses pembangunan Tol Yogyakarta-Kulon Progo? Pemda DIY Terbitkan IPL Tol Rute Yogyakarta-Kulon Progo, Begini Rencananya Rute jalan tol direncanakan melewati empat kecamatan dan 12 kelurahan. Pemerintah DIY telah menerbitkan Izin Penetapan Lokasi (IPL) lahan pembangunan Tol Solo-Yogyakarta-Kulon Progo untuk seksi Yogyakarta-Kulon Progo. Rencananya seksi pembangunan tol itu akan melewati Kabupaten Sleman dan Bantul. “Rencana jangka waktu pembangunan dilaksanakan selama kurang lebih 36 bulan setelah tahapan pelaksanaan selesai dilakukan,” Menurut Benny, lokasi rencana pembangunan terletak di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul dengan perkiraan luas tanah yang dibutuhkan mencapai lebih kurang 159,053 hektare.
-
Apa tujuan utama dari pembangunan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung? Keberadaan jalan tol ini dapat memangkas waktu tempuh perjalanan dari Cimanggis, Depok ke Cibitung, Kabupaten Bekasi menjadi sekitar 30 hingga 45 menit dari sebelumnya bisa menempuh waktu sampai 2 jam melalui jalan arteri.
-
Bagaimana MRT Jakarta dibangun? Koridor 1 MRT mulai beroperasi sejak 2019. Jalurnya sepanjang 16 kilometer. 10 kilometer jalur layang dan 6 kilometer di bawah tanah.
-
Di mana jalan tol Cianjur direncanakan dibangun? Dua ruas jalan Tol direncanakan akan dibangun di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa tujuan pembangunan Tol Yogyakarta-Kulon Progo? Selain itu, pembangunan jalan tol tersebut juga memberikan pilihan transportasi dengan biaya lebih rendah dan waktu tempuh lebih cepat. “Ini dipastikan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing melalui pengurangan biaya distribusi dan menyediakan akses ke pasar regional maupun internasional. Serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.”
"Saya kira manfaatnya diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kepadatan lalu lintas di wilayah sekitarnya, terutama memperlancar distribusi yang dapat mengurangi biaya logistik secara ekonomis," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Basuki Hadimuljono seperti dilansir Antara, Senin (5/12).
Dia berharap Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) ini agar segera untuk dimulai pekerjaannya. Hal ini mengingat kondisi jalan tol saat ini yang sudah padat, memang harus dilakukan pelebaran terlebih dahulu. "Mudah-mudahan tidak akan mencapai lebih dari tiga bulan," katanya.
Menurut Basuki, pembangunan jalan tol ini harus fokus pada metode kerja. Sebab, pembangunan proyek ini juga menghubungkan proyek LRT dan kereta cepat Jakarta-Bandung. "Sehingga, perlu sekali koordinasi yang penuh dalam proyek ini," tegasnya.
Basuki menugaskan kepala Balitbang Kementerian PU-Pera agar melakukan koordinasi secara ketat kepada pihak-pihak terkait, sehingga semuanya berjalan dengan baik. Proyek dengan investasi senilai Rp 16 triliun ini merupakan prakarsa pertama jalan tol yang menggunakan mekanisme penjaminan yang risiko investasinya dijamin oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia.
"Harapannya mekanisme penjaminan dalam pengusahaan jalan tol ini akan menurunkan resiko investasi, meningkatkan 'bankability' proyek, sehingga meningkatkan minat sektor swasta dan perbankan untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur," katanya.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Ranggi Sugiron Perkasa berencana membangun Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) sepanjang 36,40 Km pada Triwulan II 2017. Pembangunan tersebut, targetnya rampung dan bisa beroperasi pada 2019 dengan masa konsesi selama 45 tahun.
Jasa Marga telah melakukan pelebaran secara bertahap pada ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang semula hanya memiliki jumlah lajur 2x2, kini menjadi 2x4. Di sisi lain, ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek sudah tidak dapat dilakukan pelebaran kembali. Sehingga konstruksi Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) yang berupa jalan layang, dibangun di atas jalan tol eksisting dengan jumlah lajur 2x2. Nilainya mencapai Rp 16 triliun.
Memperhatikan bahwa pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) dilakukan pada saat yang sama dengan pembangunan proyek-proyek infrastruktur lainnya, seperti Light Rail Transit (LRT) dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, maka kedua perusahaan dalam pembangunannya, menggunakan konsultan jasa Project Management agar integrasi pelaksanaan konstruksi proyek dapat terkoordinasi dengan baik dan meminimalkan gangguan lalu lintas selama masa konstruksi.
Banyak fakta menarik di balik rencana pembangunan jalan tol melayang ini. Berikut rinciannya seperti dirangkum merdeka.com:
Berpotensi timbulkan kemacetan parah
Traffic Engineer PT Stadia, Dadan Rusli mengingatkan agar pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek menggunakan metode yang tepat. Tanpa itu, proses pembangunan bisa menimbulkan gangguan terhadap pengguna jalan karena berkurangnya kapasitas jalan karena badan jalan terpakai selama proses pembangunan.
"Apabila terjadi pengurangan kapasitas yang sudah ada akan merugikan pengguna jalan. Sehingga timbul kerugian bagi masyarakat selama masa konstruksi akan sangat mahal," ujarnya dalam diskusi Coffee Morning Jurnalis Infrastruktur di Chef's Bakery, Jakarta, Jumat (16/12).
Dari hitung-hitungannya, kerugian yang diderita pengguna jalan akibat dari kemacetan di jalan tol selama masa konstruksi bisa mencapai Rp 1,3 triliun. Perhitungan tersebut di kalkulasi berdasarkan jumlah kendaraan yang terjebak kemacetan, waktu yang terbuang selama di jalan dan konsumsi yang terpakai.
"Itu kerugian selama masa konstruksi setahun apabila terhalang dua koridor atau dua lajur itu sekitar Rp 1,3 triliun," kata dia.
Dadan menilai, kerugian yang diderita oleh para pengguna jalan tol yang terjebak kemacetan kerap dianggap sebelah mata oleh investor. Padahal, kerugian yang menimpa pengguna jalan tol sebesar sebuah nilai proyek infrastruktur.
"Di Indonesia itu agak susahnya, setiap kerugian yang ditimbulkan itu kurang dihargai oleh setiap investor sehingga seolah-olah kerugian itu biasa saja, padahal kalau dihitung waktu setiap orang punya waktu sendiri, kerugian satu menit pun ada biayanya di situ, kalau dihitung setiap orang dikalikan sekian mobil sangat besar," pungkasnya.
BPJT punya jurus agar pembangunan tak timbulkan kemacetan
Pembangunan Jalan Layang Tol Jakarta - Cikampek atau Jalan Tol Cikampek 2 akan mulai dibangun pada 2017 mendatang. Sejumlah kekhawatiran muncul dari pembangunan proyek ini, salah satunya adalah kemacetan parah yang terjadi di ruas tol yang terkenal kerap macet di hari-hari normal.
Tidak hanya itu, saat ini di ruas jalan tersebut juga sedang ada pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) dan High Speed Train (HST). Jika ditambah dengan pembangunan jalan tol layang, dipastikan akan terjadi penyempitan ruas tol yang berakibat pada kemacetan.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Zuna mengatakan, sebagai pengatur jalan tol, ada beberapa usulan yang telah disiapkan pihaknya. Salah satu yang diusulkan BPJT adalah dengan meminta kepada penanggung jawab proyek LRT dan HST untuk mengatur proyek-proyek mereka agar tidak rakus memakan ruas jalan.
"Masing-masing pihak harus mengatur dirinya sehingga mengurangi dampaknya (kemacetan)," ujarnya dalam diskusi Coffee Morning Jurnalis Infrastruktur di Chef's Bakery, Jakarta, Jumat (16/12).
Usulan kedua, lanjut Herry, PT Jasamarga (Persero) diminta untuk melebarkan ruas jalan tol terlebih dulu sebelum membangun jalan layang. Hal ini dilakukan agar nantinya saat sedang dilakukan pemasangan tiang-tiang tol layang, pengguna jalan tol tetap bisa melintas tanpa harus mengalami kemacetan yang cukup parah.
"Kemudian elevated yang datang terakhir, ini juga sama pada saat dia dibangun untuk pearnya pastinya akan mengurangi luas jalan yang dipakai untuk itu Jasa Marga harus melebarkan (jalan) dulu sehingga gangguannya minim," tuturnya.
Teknologi anak bangsa atasi kemacetan pembangunan
Rencana pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau tol Jakarta-Cikampek 2 dikhawatirkan akan membuat kemacetan parah. Sebab, pembangunan ruas tol sepanjang 36 kilometer (KM) itu akan banyak memakan ruas jalan yang ada saat ini. Tidak hanya itu, dampak dari pembangunan tol layang tersebut juga dinilai akan memberi kerugian materi yang cukup besar.
Sebenarnya, ada beberapa metode yang bisa digunakan agar pengerjaan proyek yang ditargetkan selesai 2019 itu selesai dengan minim gangguan. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode Sosro Bahu.
"Dengan teknologi ini kami bisa membangun jalan tol dengan minim gangguan kepada pengguna jalan. sehingga lalu lintas di bawahnya bisa tetap berjalan di tengah pembangunan," kata CTO Citra Metro Manila Tollways Corporation (CMMTC), Dodik Marseno dalam acara diskusi di Jakarta, Jumat (16/12).
Metode Sosro Bahu sendiri bukan termasuk metode baru yang digunakan dalam pembangunan proyek infrastruktur khususnya jalan tol layang. Pada tahun 1987, metode tersebut telah digunakan untuk membangun tol layang Cawang-Tanjung Priok. Saat ini, metode tersebut juga digunakan oleh Citra Mulia dalam proyek jalan tol melayang Metro Manila atau Metro Manila Skyway di Filipina.
Dikatakan Dodik, metode Sosro Bahu merupakan sebuah teknologi yang mengandalkan perputaran engsel yang dipasang antara ujung tiang pancang dengan kepala tiang atau biasa disebut pier head.
Dengan teknologi ini, proses pengecoran kepala tiang penyangga jalan tol bisa dilakukan sejajar dengan arah jalan sehingga bisa mengurangi penggunaan ruang jalan saat pengecoran.
Melalui penerapan metode ini, pihaknya berharap nantinya pemerintah bisa menekan kerugian diderita penggunaan jalan tol selama masa konstruksi. Menurutnya, pemerintah harus menjamin kesejahteraan pengguna jalan tol yang tidak hanya sudah membayar tetapi juga akan kehilangan waktu.
"Ini memang menjadi masalah serius, kenapa? Karena pada saat kita pengguna tol masuk ke jalan tol mereka sudah membayar tol. Mestinya yang mereka inginkan adalah kelancaran lalu lintas karena mereka sudah membayar. Itu sama dengan di Filipina. Mungkin agak berbeda di Indonesia, kalau di Filipina rakyatnya lebih sensitif, lebih reaktif, jadi kalau ada segala hal-hal yang tidak sesuai dengan mereka itu langsung berekasi. Sehingga kita harus membangun benar-benar mencoba pada saat itu mencari metode konstruksi untuk mengurangi dampak lalu lintas," pungkasnya.
Teknologi anak bangsa diakui dunia
Teknologi Sosrobahu sendiri bukan termasuk metode baru yang digunakan dalam pembangunan proyek infrastruktur khususnya jalan tol layang. Pada 1987, metode tersebut telah digunakan untuk membangun tol layang Cawang - Tanjung Priok.
Sosrobahu merupakan sebuah teknologi yang mengandalkan perputaran engsel yang dipasang antara ujung tiang pancang dengan kepala tiang atau biasa disebut pier head. Dengan teknologi ini, proses pengecoran kepala tiang penyangga jalan tol bisa dilakukan sejajar dengan arah jalan sehingga bisa mengurangi penggunaan ruang jalan saat pengecoran.
Chief Technical Officer Citra Metro Manila Tollways Corporation (CMMTC) Dodik Marseno menceritakan, teknologi tersebut ternyata juga digunakan dalam proyek jalan tol melayang Metro Manila atau Metro Manila Skyway di Filipina. Tidak hanya di Filipina, Vietnam dan Sri Langka juga menerapkan teknologi 'Made in Indonesia' ini.
"Kalau kita lihat di Filipina, itu pada konsepnya kita itu mulai masuk tahun 1995 di Filipina itu jalan tol yang dibangun di sana itu sama dengan yang dibangun dengan di Cikampek 2. Konsepnya itu membangun jalan tol di atas jalan tol," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (16/12).
Di tempat yang sama, praktisi konstruksi Lukman Efendi mengatakan hal senada. Tidak hanya Filipina, Vietnam dan Sri Langka, negara tetangga Malaysia juga menerapkan teknologi tersebut pada 1996 untuk membangun tol layang.
Menurut dia, penerapan teknologi sosrobahu dinilai lebih menguntungkan karena dapat menekan pengeluaran yang cukup besar. Di sisi lain, teknologi ini juga meminimalisir kerugian yang berdampak kepada pengguna jalan tol saat masa konstruksi.
"Alhamdulillah sampai sekarang ini masih terus dipakai dan banyak manfaatnya untuk mengurangi hambatan jalan. Selain Filipina, sistem ini juga dipakai di Vietnam dan Srilanka," kata dia.
"Teknologi ini penciptanya adalah Insinyur Tjokorda Raka Sukawati. Di Indonesia, teknologi ini pernah diterapkan saat pembangunan jalan tol layang Cawang - Tanjung Priok pada tahun 1987," tutupnya.
(mdk/idr)