4 Ketakutan pengusaha jika Prabowo jadi presiden
Apindo: Indikasi itu sudah terlihat jelas saat ini, dolar naik karena pengusaha asing takut.
Sepekan lagi rakyat Indonesia akan memilih pemimpin baru, presiden untuk periode 2014-2019. Iklim politik semakin panas seiring makin tipisnya jarak dukungan rakyat pada dua calon presiden dan wakil presiden. Dari hasil survei yang dilakukan pelbagai lembaga survei, elektabilitas capres-cawapres nomor 1 Prabowo Subianto - Hatta Rajasa semakin mendekati capres-cawapres nomor urut 2 Joko Widodo - Jusuf Kalla .
Semakin ketatnya pertarungan menuju kursi presiden dan wakil presiden, direspons pasar. Pelaku pasar semakin khawatir dengan tipisnya elektabilitas kedua pasangan calon. Kekhawatiran pelaku pasar direkam Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. Kekhawatiran itu lalu disangkutpautkan dengan anjloknya nilai tukar Rupiah yang sempat menyentuh Rp 12.000 per dolar AS.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kapan Prabowo menyampaikan pidato? Prabowo Curhat 'Keok' di Tangan Emak-Emak, Peluk Cium Anak-Anak Capres Prabowo Subianto menghadiri acara Jaringan Islam Indonesia di Palembang, Selasa (9/1). Usai berpidato, Prabowo menyempatkan diri menggendong dan mencium dua anak kecil.
-
Apa yang diklaim oleh Prabowo? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Bagaimana Prabowo menjaga kontestasi pemilu tetap santun? Prabowo dalam jumpa pers selepas pertemuan menyampaikan secara langsung tekadnya untuk menjaga kontestasi pemilu tetap santun.
-
Kenapa Prabowo Subianto terlambat dalam acara peresmian? Prabowo meminta maaf karena terlambat menghadiri peresmian sebab harus berganti helikopter sampai tiga kali.
Di sisi lain, dua pasangan capres-cawapres masih berlomba-lomba menjaring dukungan publik. Tidak hanya menyasar rakyat, kedua pasangan capres-cawapres juga mendekati kalangan dunia usaha. Beberapa pekan lalu, kamar dagang dan industri ( KADIN ) mengundang kedua pasangan capres-cawapres untuk bertemu langsung dan berdialog dengan pengusaha.
Kedua pasangan saling memaparkan visi-misi, rencana serta janji manis pengembangan ekonomi dan bisnis di tanah air. Selepas 90 menit berdialog dengan ratusan delegasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia, pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto - Hatta Rajasa diberi kesempatan menandatangani kontrak kerja. Isinya adalah dukungan formal, bila terpilih nanti harus mendukung pengusaha dalam negeri dan mengatasi hambatan usaha.
"Kami sangat optimis melihat masa depan Indonesia. Kami yakin dengan kerja sama erat antara pemimpin usaha, pelaku-pelaku dengan pemimpin politik, dengan pemimpin-pemimpin buruh, dengan cendikiawan dari kampus, kerja sama erat ini apabila kita berhasil menyatukan energi kita," kata Prabowo.
Atas sikap pasangan Prabowo-Hatta serta paparan mengenai beberapa strategi menggenjot perekonomian, Ketua Umum KADIN Suryo Bambang Sulisto menilai pasangan nomor urut satu itu cukup pro-bisnis. "Apa yang bapak sampaikan memberi penyegaran dan keyakinan, Pak Prabowo dan Pak Hatta sangat pro-bisnis," tandas Ketua KADIN .
Benarkah Prabowo didukung sepenuhnya oleh pengusaha? Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang digawangi Sofjan Wanandi justru memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan yang disampaikan Suryo Bambang Sulisto . Sofjan menuturkan, pada dasarnya kalangan pengusaha dan pebisnis justru khawatir dan takut jika Prabowo terpilih menjadi presiden untuk periode lima tahun ke depan. Menurutnya, indikasi itu sudah terlihat jelas saat ini.
"Itu juga yang membuat dolar naik karena pengusaha asing takut," ujar Sofjan di Jokowi Center, Jalan Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6).
Sofjan membeberkan alasan-alasan ketakutan pengusaha jika Prabowo benar-benar jadi penguasa negeri ini. Tentunya dari kacamata dan versi Apindo. Merdeka.com merangkumnya. Berikut paparannya.
Bahaya kalau Prabowo jadi presiden
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menilai pengusaha asing dan lokal khawatir jika Prabowo Subianto menjadi calon presiden. Menurutnya, dirinya cuek saat Prabowo menjadi cawapres atau menjadi Pangkostrad saat dinas militer karena tak terlalu memegang penuh kekuasaan.
"Tetapi mau jadi presiden, ini bahaya. Kalau kita sekali berbuat salah bisa bahaya. Itu juga yang membuat dolar naik karena pengusaha asing takut," ujar Sofjan di Jokowi Center, Jalan Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6).
Prabowo identik orde baru
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengingat betul bagaimana saat era Orde Baru berkuasa. Menurutnya, jika Prabowo menjadi presiden dia punya kekuasan penuh dari aparatur negara.
"Sebelumnya kita sudah susah payah melengserkan (Orde Baru)," katanya.
Rencana Prabowo soal nasionalisasi menakutkan
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, visi misi dan pelbagai pernyataan Prabowo soal nasionalisasi kekayaan alam dan perusahaan yang dikuasai oleh asing.
Sofjan menjelaskan, isu ini cukup menakutkan bagi pengusaha. "Kita kalau bicara pengusaha di bawah itu kita mengkhawatirkan kebijakan-kebijakan yang apa dia, statement-statement itu sehingga pengusaha itu takut," ujar Sofjan di kantor Apindo, Jakarta, Selasa (1/7).
Statement dia tentang nasionalisasi dan kapital kontrol yang bikin takut, itu rangkuman komplain dari pengusaha dalam atau luar negeri yang akan investasi di sini," katanya.
Ketakutan pengusaha belum pernah sejak Pemilu 1971
Sofjan Wanandi mengaku, banyak investor baik lokal maupun asing berpikir ulang untuk investasi di Indonesia jika Prabowo menjadi kepala negara. Bahkan, kata Sofjan, kekhawatiran dan ketakutan pengusaha seperti ini belum pernah ditemui sejak Pemilu 1971.
Namun, Sofjan tidak ingin buru-buru menyimpulkan soal kebijakan nasionalisasi. Apalagi jika dilihat dalam arti sempit.
"Nasionalisme sempit itu menakutkan. Banyak yang mempertanyakan itu bener apa enggak. Ketakutan ini enggak pernah terjadi sejak saya menghadapi pemilu tahun 1971," ucapnya.
(mdk/noe)