Adaro Energy bangun PLTU di Kalsel senilai Rp 5 triliun
"Sekitar 80 persen dari total investasi akan menggunakan pinjaman perbankan dari sindikasi," kata Boy Garibaldi.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melalui anak usahanya, PT Adaro Power bakal membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2x100 megawatt (MW) di Tabalong, Kalimantan Selatan. Proyek tersebut diperkirakan menghabiskan dana sebesar USD 500 juta atau Rp 5 triliun.
Presiden Direktur Adaro Power Mohammad Effendi mengatakan, pembangunan PLTU akan menggunakan sumber pembiayaan dari kas internal dan juga eksternal. Rencananya sekitar 80 persen dari total investasi akan menggunakan instrumen pendanaan dari lembaga keuangan perbankan asing.
-
Mengapa PLTU Batang dibangun? Pembangunan PLTU Batang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan merupakan bagian dari program penyediaan listrik 35.000 MW.
-
Siapa yang membangun PLTU Batang? PLTU Batang merupakan proyek dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta skala besar pertama dengan nilai investasi lebih dari USD 4 miliar.
-
Dimana PLTU Batang berada? PLTU Batang adalah pembangkit listrik tenaga uap ultra critical sebesar 2x1.000 MW di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
-
Apa yang menjadi keunggulan teknologi PLTU Batang? PLTU Batang menggunakan teknologi mutakhir terbesar di Asia Tenggara untuk saat ini, yaitu Ultra Super Critical, yang memberikan tingkat efisiensi yang tinggi dan memberikan dampak lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan teknologi PLTU sebelumnya.
-
Apa yang dihasilkan oleh PLTA Ketenger? Selain untuk menggerakkan turbin, air dari PLTA Ketenger juga dialirkan menuju saluran irigasi untuk mengairi pertanian sekitar.
-
Di mana PLTA Gunungtua terletak? Sebuah unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) peninggalan Belanda masih berdiri kokoh di Desa Gunungtua, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Perseroan telah melakukan penjajakan dengan lembaga perbankan Korea untuk membiayai proyek tersebut. Adaro Power menargetkan dalam rentang waktu 6 hingga 12 bulan ke depan, proses financial closed nya sudah rampung dilaksanakan. "Sekitar 80 persen dari total investasi akan menggunakan pinjaman perbankan dari sindikasi perbankan Korea," ujar dia di Jakarta, Selasa (18/11).
Sedangkan 20 persen sisanya, lanjut Effendi, akan dihasilkan dari kas internal perseroan. Dari laporan keuangan Adaro Energy periode September 2014, perseroan masih memiliki kas dan setara kas sebesar USD 1,62 miliar.
Pembangkit listrik ini akan dibangun oleh PT Tanjung Power Indonesia (TPI), perusahaan patungan antara Adaro Power dengan anak usaha Korea East-West Power Co. Ltd., PT EWP Indonesia. Adaro memiliki 65 persen saham TPI, sedangkan EWP menguasai 35 persen sisanya.
Effendi menjelaskan, 20 persen dana yang akan dikeluarkan dari kas internal ini tergantung dari proporsi kepemilikan saham di Tanjung Power Indonesia. TPI sudah menandatangani Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PT PLN pada 15 Oktober 2014 lalu.
Nantinya, Tanjung Power Indonesia, akan memasok listrik ke PLN untuk kawasan Kalsel dan Kalimantan Tengah selama 25 tahun ke depan. Pembangunan PLTU itu sendiri akan memakan waktu selama 33 bulan.
Presiden Direktur Adaro Boy Garibaldi Thohir mengatakan, perjanjian ini membuat Adaro berada di jalur yang tepat untuk mengembangkan bisnis pembangkit listrik. "Proyek ini merupakan bagian visi Adaro untuk menjadi perusahaan tambang dan energi terkemuka di Indonesia," katanya.
(mdk/arr)