Melihat Saluran Air Peninggalan Belanda di Lereng Gunung Slamet, Jadi Saksi Sejarah Pembangunan Kota Purwokerto
Penempatan PLTA yang dibangun Belanda diperhitungkan dengan begitu matang sehingga tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar.
Penempatan PLTA yang dibangun Belanda diperhitungkan dengan begitu matang sehingga tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar.
Melihat Saluran Air Peninggalan Belanda di Lereng Gunung Slamet, Jadi Saksi Sejarah Pembangunan Kota Purwokerto
Purwokerto merupakan salah satu kota terbesar di Jawa Tengah. Kota itu terletak di sisi selatan Gunung Slamet. Sebagai ibu kota Kabupaten Banyumas, berdasarkan sensus penduduk tahun 2020 kota itu memiliki jumlah penduduk 249.618 jiwa.
-
Kenapa menara air Belanda di Pandeglang dibangun? Kala itu di abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda tengah menggencarkan pembangunan tata kota di wilayah yang mereka kuasai, termasuk Pandeglang.
-
Apa fungsi saluran air peninggalan Belanda di Desa Surokonto? Sampai sekarang, saluran air peninggalan Belanda yang mengalir melewati Desa Surokonto memiliki peran vital bagi warga sekitar.
-
Kapan menara air Belanda di Pandeglang dibangun? Bentuknya lumayan usang, karena sudah ada sejak 1848.
-
Apa keunikan menara air Belanda di Pandeglang? Keunikan konstruksi bangunan membuat siapapun yang melintas tertarik untuk berhenti sejenak demi berswafoto atau memotret keberadaannya.
-
Kapan Bendungan Pleret dibangun? Dikutip dari akun Instagram @pemerintahkotasemarang, bendungan itu sudah berumur 1,5 abad atau tepatnya 143 tahun.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
Perkembangan Purwokerto sebagai sebuah kota besar tak lepas dari keberadaan saluran air yang melewati kota itu. Air disalurkan dari mata air di lereng Gunung Slamet menuju ke pusat kota.
Begitu pula dengan pembangkit listrik yang juga menggunakan tenaga air. Semua teknologi tersebut sudah dikembangkan pada era penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1930-an.
Melalui video yang diunggah pada 8 Juni 2024, kanal YouTube Jejak Siborik berkesempatan untuk melihat jejak saluran air serta pembangkit listrik tenaga air (PLTA) peninggalan Belanda di lereng Gunung Slamet.
Pembangunan PLTA pada awalnya dikhususkan bagi pabrik gula dan sisanya disalurkan ke gedung-gedung milik Hindia Belanda dan masyarakat.
Penempatan PLTA yang dibangun Belanda diperhitungkan dengan begitu matang sehingga tidak berdampak pada pertanian masyarakat setempat dan lingkungan sekitar.
Salah satu peninggalan Belanda itu adalah PLTA Ketenger, lokasinya berada di Gerumbul Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.
Dikutip dari Wikipedia, PLTA Ketenger dibangun untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi rumah-rumah di Kota Purwokerto, Kabupaten Purbalingga, hingga Kebumen.
Pembangunan PLTA Ketenger dimulai pada tahun 1935 dan rampung pada tahun 1939. Pembangunannya sepenuhnya dikerjakan oleh perusahaan kontraktor bernama N.V ANIEM.
Lokasi di sekitar PLTA Ketenger terlihat begitu indah. Kolam penampungan airnya dikelilingi bukit dengan pohon-pohon yang tumbuh hijau. Tak jauh dari sana terdapat pintu air yang airnya begitu jernih.
Air di PLTA Ketenger disadap dari aliran Sungai Banjaran yang kemudian ditampung di kolam harian. Untuk menuju ke kolam, air dari sungai harus melewati sejumlah pintu air. Air yang sudah tertampung di kolam selanjutnya dialirkan untuk menggerakkan turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
Selain untuk menggerakkan turbin, air dari PLTA Ketenger juga dialirkan menuju saluran irigasi untuk mengairi pertanian sekitar.
Dilansir dari Wikipedia, pada awal pembangunannya PLTA Ketenger hanya memiliki dua unit generator. Masing-masing generator mampu membangkitkan energi listrik sebesar 3,52 Megawatt.
Pada periode 1998-1999, PT Dirga Bratasena Engineering Medan melakukan penambahan satu unit pembangkit listrik yang mampu menghasilkan energi listrik sebesar 1,05 Megawatt. Pada tahun 2008 ditambah lagi satu unit generator berkapasitas 0,5 Megawatt.
Di kawasan PLTA Ketenger, masih terdapat beberapa bangunan peninggalan Belanda. Salah satunya adalah sebuah rumah kuno bercat putih bergaya arsitektur Indis.
Rumah itu dulunya digunakan sebagai rumah dinas petugas penguras air sebelum airnya ditampung di kolam penampungan.
PLTA Ketenger memiliki air yang cukup dan selalu terpenuhi baik saat musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini bisa terlihat pada vegetasi hutan di sekitar PLTA yang masih lebat. Selain itu sampah plastik nyaris tidak terlihat di penyaringan, melainkan hanya ranting dan dedaunan.