Melihat Menara Air Peninggalan Kolonial di Kota Tegal, Bukti Kecanggihan Belanda dalam Mengelola Air Tanpa Mesin
Jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Melihat Menara Air Peninggalan Kolonial di Kota Tegal, Bukti Kecanggihan Belanda dalam Mengelola Air Tanpa Mesin
Kota Tegal merupakan salah satu kota yang menyimpan banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Salah satu bangunan itu adalah sebuah Menara air bernama “Waterleideng”.
-
Apa keunikan menara air Belanda di Pandeglang? Keunikan konstruksi bangunan membuat siapapun yang melintas tertarik untuk berhenti sejenak demi berswafoto atau memotret keberadaannya.
-
Kenapa menara air Belanda di Pandeglang dibangun? Kala itu di abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda tengah menggencarkan pembangunan tata kota di wilayah yang mereka kuasai, termasuk Pandeglang.
-
Siapa yang membangun menara air Waterleiding? Watertoren atau menara setinggi 30 meter ini dahulu dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1931 silam.
-
Apa fungsi menara air Waterleiding? Menara ini berfunsi untuk memenuhikebutuhan air bersih di seisi kota.
-
Dimana lokasi menara air Waterleiding? Tinggi menjulang dengan bentuk segi delapan menjadi ciri dari menara air raksasa Waterleiding di Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah.
-
Bagaimana menara air Belanda di Pandeglang didistribusikan? Untuk mendistribusikan air, digunakan mesin pompa asal Jerman kala itu.
Menara itu berfungsi untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekitar. Tingginya mencapai 36 meter dengan tampungan air mencapai 500 meter kubik.
Sumber airnya diambil dari Bumiayu, Kabupaten Brebes, yang jaraknya mencapai 60 km dari Menara itu. Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Operasional Waterleideng itu dijalankan tidak menggunakan mesin sama sekali. Sistemnya menggunakan tekanan air yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah.
Menara air itu aktif beroperasi pada tahun 1931 hingga 1980-an. Saat ini Waterleideng sudah tidak berfungsi karena beberapa faktor, di antaranya debit air yang semakin berkurang dan kebocoran di bagian penampung air.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, Menara air itu disebut bisa menampung air tanpa mesin dengan kapasitas 500-600 meter kubik.
Foto: YouTube Jejak Siborik
Air dialirkan dari sumber air di kawasan Bumiayu di lereng Gunung Slamet melalui pipa bawah tanah ke kawasan yang lebih rendah di Kota Tegal.
Tekanannya membuat air mengalir dan terdorong sampai di puncak Menara. Dari atas Menara, air diatur dan disebar lagi untuk kemudian disalurkan ke warga Kota Tegal.
Namun seiring berjalannya waktu, debit air yang melewati pipa bawah tanah itu makin berkurang. Hal inilah yang membuat menara air Waterleideng kini sudah tidak bisa berfungsi lagi.