Menguak Fakta Bendungan Pucang Gading, Pintu Air Tua Peninggalan Belanda yang Masih Berfungsi Hingga Kini
Bangunan bendungan masih tampak kokoh walau beberapa bagiannya sudah tampak tergerus arus air
Bangunan bendungan masih tampak kokoh walau beberapa bagiannya sudah tampak tergerus arus air
Menguak Fakta Bendungan Pucang Gading, Pintu Air Tua Peninggalan Belanda yang Masih Berfungsi Hingga Kini
Banjir di Kota Semarang sebenarnya sudah sering terjadi sejak era Hindia Belanda. Oleh karena itu dibangunlah beberapa pintu air atau bendungan.
-
Bagaimana cara Bendungan Pleret berfungsi? Meskipun telah berusia ratusan tahun, namun bendungan itu tetap berdiri kokoh dan berfungsi sampai sekarang.
-
Kenapa menara air Belanda di Pandeglang dibangun? Kala itu di abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda tengah menggencarkan pembangunan tata kota di wilayah yang mereka kuasai, termasuk Pandeglang.
-
Dimana Bendungan Pamayaran berada? Lokasinya terletak persis di tengah-tengah batas wilayah antara Desa Pamarayan, Kecamatan Pamarayan dan Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal.
-
Dimana letak puing rumah Belanda di Situ Patenggang? Mengutip kanal YouTube Jejak Siborik, di tengah hutan kawasan Situ Patenggang terdapat puing-puing bangunan yang diduga sebagai rumah peninggalan Belanda.
-
Kapan menara air Belanda di Pandeglang dibangun? Bentuknya lumayan usang, karena sudah ada sejak 1848.
-
Kapan Bendungan Pleret dibangun? Dikutip dari akun Instagram @pemerintahkotasemarang, bendungan itu sudah berumur 1,5 abad atau tepatnya 143 tahun.
Selain untuk pengairan sawah, pintu air itu menjadi pengontrol debit air yang menjadi penyebab banjir pada beberapa daerah di Semarang.
Salah satu pintu air yang dibangun pemerintah Hindia Belanda adalah Bendungan Pucang Gading.
Pintu air itu dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah kota praja Semarang.
Sudah berumur lebih dari satu abad, saat ini bendungan tua itu masih beroperasi.
Menurut sejarahnya, dulu Bendungan Pucang Gading ini lebih dikenal dengan nama Pintu Air Klipang. Pintu air ini dibangun oleh Gemeenteraad Semarangsche pada tahun 1918.
Bendungan ini mengontrol debit air dari Ungaran yang mengarah ke daerah Semarang bagian timur. Dari daerah Ungaran yang berada di daerah atas, debit air dipecah menuju tiga sungai besar di Kota Semarang bagian timur.
Satu pintu air mengarahkan air ke arah Banjir Kanal Timur, lalu ada pintu air yang mengarahkan air ke daerah Penggaron, dan satu pintu air mengarahkan air ke Kabupaten Demak.
Saat ini Bendungan Pucang Gading berada di bawah pengelolaan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah.
Dikutip dari Instagram @semarang.heritage, enam pintu air yang ada harus memastikan debit air Kali Babon tidak boleh melebihi 78 meter kubik per detik.
Sementara aliran Banjir Kanal Timur tidak boleh melebihi 145 meter kubik per detik.
Mulai tahun 1990-an, di daerah sekitar bendungan tumbuh subur kompleks perumahan.
Pada awal Januari 2023 lalu, terjadi banjir besar di Kota Semarang yang menyebabkan Perumahan Dinar Indah terendam. Bahkan ketinggian banjir diketahui mencapai atap rumah.
Banjir itu juga berdampak pada kondisi bangunan Bendungan Pucang Gading. Saat itu beberapa pondasi di pintu air tersebut rusak.
Saat air sedang surut, warga sekitar akan turun mencari ikan pada aliran sungai di sekitar Bendungan Pucang Gading.
Diketahui di sekitar tempat itu cukup banyak ikan yang bisa diambil. Warga pun tanpa takut turun ke sungai dan mencari ikan hanya dengan tangan kosong.