Mengenal Bendungan Pamarayan Lama, Dam Terbesar Pertama yang Dibangun Belanda di Banten
Pembangunannya memakan biaya hingga triliunan rupiah pada saat itu.
Pembangunannya memakan biaya hingga triliunan rupiah pada saat itu.
Mengenal Bendungan Pamarayan Lama, Dam Terbesar Pertama yang Dibangun Belanda di Banten
Bendungan Pamarayan Lama di Kabupaten Serang, Banten jadi dam terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda.
-
Kapan Bendungan Pucang Gading dibangun? Pintu air itu dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah kota praja Semarang.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Siapa yang pernah mengunjungi Bendung Lama Pamarayan? Bahkan, Presiden Soekarno disebut-sebut pernah berkunjung ke situs ini.
-
Dimana Bendungan Batutegi dibangun? Bendungan Batutegi yang terletak di Pekon Batu Tegi, Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung ini menjadi aset dan paling ikonik bagi daerah tersebut.
-
Di mana Bendungan Ameroro dibangun? Peresmian dilakukan di Bendungan Ameroro, Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (14/5).
-
Mengapa Bendungan Pucang Gading dibangun? Banjir di Kota Semarang sebenarnya sudah sering terjadi sejak era Hindia Belanda. Oleh karena itu dibangunlah beberapa pintu air atau bendungan.
Lokasinya terletak persis di tengah-tengah batas wilayah antara Desa Pamarayan, Kecamatan Pamarayan dan Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal.
Terdapat kisah dari keberadaan bendungan tersebut saat masih beroperasi di masa silam. Saat ini keberadaannya sudah terbengkalai karena dimakan usia. Berikut informasi selengkapnya.
Dibangun selama 20 tahun
Menurut sejarahnya, bendungan ini dibangun selama 20 tahun, dimulai pada 1905 dan selesai di 1925. Konstruksinya menjadi yang terkokoh di zaman tersebut, lantaran menggunakan banyak semen dan baja.
Jika diukur lebarnya, Bendungan Pamarayan mempunyai panjang 191,65 m yang terdiri atas bangunan utama, ruang kontrol, bendungan sekunder, ruang lori, jembatan, serta rel lori.
Total terdapat 10 pintu air yang berlandaskan plat baja di bendungan tersebut untuk menahan debit saat masih digunakan.
Didesain mirip kuil di Yunani
Hal menarik adalah bentuk desainnya yang dibuat ala gaya Eropa abad pertengahan. Bangunan pintu air di sana dibuat serupa dengan kuil di Athena, Yunani, dengan bentangan yang membelah sungai dan diapit oleh menara.
Secara prinsip, bendungan ini memiliki kerja menampung air melalui an opening within flinking column and entablature atau sebuah bukaan yang diapit kolom ber-entablature.
Untuk atapnya memiliki bentuk yang asimetris dengan bentangan salib, dan tiga menara melingkar.
Menghabiskan dana sebesar 5 juta Gulden
Struktur konstruksinya yang cukup besar dan rumit membuat biaya konstruksinya sangat mahal pada masa itu.
Dari berbagai sumber, dikatakan bahwa proyek ini menghabiskan anggaran sebesar 5 juta Gulden atau jika dirupiahkan mencapai triliunan rupiah, dengan 300 ribu pekerja yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Mahalnya bendungan ini membuat sistem kerja dibuat ketat. Jika terdapat pekerja yang susah diatur maka akan langsung dijebloskan ke dalam penjara yang ada di dalam bangunan beton bendungan.
Dibangun untuk meredam amarah petani
Selain untuk infrastruktur, alasan pembangunan bendungan ini adalah untuk meredam emosi para petani di Serang.
Di masa itu banyak petani yang marah karena kesulitan air akibat kebijakan pemerintah Belanda.
Mereka melakukan penyerangan yang dipimpin para jawara secara masif karena banyak warga yang mati kelaparan.
Demi mencegah kekacauan yang semakin menjadi, akhirnya sebuah dam besar dibangun di Pamarayan untuk suplai air kepada para petani.
Sudah tidak dioperasikan lagi
Saat ini Bendungan Pamayaran sudah tidak dioperasikan lagi sejak tahun 1997. Penyebabnya adalah pelapukan pada baja dan beton, sehingga akan sangat beresiko jika tetap diisi air.
Sebagai gantinya pemerintah setempat membangun Bendungan Pamayaran Baru yang terletak sekitar 1 kilometer dari bangunan lama.
Walau disebut bendungan, bangunan baru ini memiliki struktur yang lebih kecil dan memiliki prinsip kerja sodetan di sungai-sungai sekitar wilayah Serang. Lokasi ini jadi saksi sejarah penjajahan Belanda di wilayah Serang.