Ada Peran Besar Kiai, Begini Awal Mula Banten Disebut Tanah Jawara
Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Ada Peran Besar Kiai, Begini Awal Mula Banten Disebut Tanah Jawara
Banten selama ini dikenal sebagai tanahnya para jawara. Di daerah ini banyak pahlawan kemerdekaan Indonesia yang berjuang menghadapi pasukan kolonial walau tanpa senjata.
Wilayah paling barat pulau Jawa itu lantas dianggap “sakral” oleh para penjajah.
-
Siapa pendiri Kerajaan Banten? Walau sebagai peletak pondasi berdirinya Kerajaan Banten, namun Sunan Gunung Jati diketahui tak pernah menjadi raja di sana hingga wafatnya.
-
Siapa yang memberikan makna pada nama Jawa? Biasanya, orang tua yang memberikan anaknya nama Jawa memiliki doa khusus tentang anaknya dan berharap doa itu terkabul dan anaknya menjadi orang yang sesuai dengan harapan sang orang tua.
-
Bagaimana Sunan Gunung Jati mendirikan Kerajaan Banten? Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
-
Mengapa Sunan Gunung Jati mendirikan kerajaan di Banten? Salah satu alasan mengapa wilayah Banten di-Islamkan perlahan adalah untuk mencegah masuknya pengaruh buruk Portugis.
-
Apa pusat peradaban Kerajaan Banten? Pada masanya dulu, Banten merupakan salah satu pusat peradaban Islam di Pulau Jawa.
-
Kapan Kerajaan Banten didirikan? Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
Jejak Kolonial di Banten
Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
Saat itu mereka dipimpin oleh panglima laut Cornelis de Houtman, namun diusir lantaran bersikap tak sopan kepada rakyat setempat.
Dua tahun berselang, mereka datang lagi dengan panglima baru yakni Jacob van Neck dan diterima oleh masyarakat Banten.
Belanda awalnya berniat melakukan pertukaran dan pembelian rempah di Indonesia. Ketika itu Banten sudah kesohor di dunia internasional sebagai daerah maritim yang kaya akan rempah, terutama pala dan lada.
Berlaku Sewenang-Wenang
Merasa membutuhkan banyak rempah dan ketagihan melakukan jual-beli rempah di Banten, Belanda lantas mendirikan kongsi dagang VOC yang berisi kalangan mereka sendiri, termasuk sebagian negara Eropa lainnya.
Kongsi dagang ini mulanya terlihat membantu penjualan rempah-rempah rakyat, namun lama kelamaan kebijakannya justru menghancurkan pasar lokal hingga menyusahkan rakyat.
Pihak kesultanan Banten yang mulanya menerima dengan ramah berubah melawan hingga pecahnya Perang Banten pada 1628-1629, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin yang ketika itu menjadi pemimpin kerajaan.
Banten terus Melawan Penjajah
Hingga beberapa periode kemudian upaya perlawanan terus dilakukan oleh masyarakat, terlebih setelah peta Kerajaan Banten dihapuskan di peta oleh Daendels.
Masyarakat marah lantaran Belanda berani melakukan tindakan itu padahal sebelumnya mengaku sebagai saudara jauh Indonesia.
Melawan tanpa Senjata
Penjajahan yang terus menerus berlangsung membuat rakyat Banten benar-benar marah. Di akhir 1800-an, perkumpulan petani Banten melawan menggunakan senjata tradisional.
Pada masa penjajahan Jepang, perlawanan lokal juga semakin masif, termasuk dari para jawara yang mulai turun tangan untuk melawan kekejaman penjajah.
Luar biasanya, para jawara tersebut mampu melawan kekuatan senjata berteknologi tinggi Belanda dan Jepang hanya dengan tangan kosong. Mereka sudah terkenal kebal sejak dulu, melalui ilmu tradisional yang digunakan dengan bijak.
Di bawah kendali Kiai
Para jawara sebenarnya tidak sendiri dalam melawan para penjajah. Mereka berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Para kiai ini memiliki dua kategori murid, yang pertama adalah para santri yang terus masif menyebarkan agama Islam untuk mengusir penjajah. Lalu murid kedua adalah para jawara yang fokus menangani perlawanan secara fisik dan spiritual.
Kekuatan magis yang dimiliki para jawar aini bersumber dari para kiai melalui bimbingan khusus. Ilmu-ilmu yang dimanfaatkan untuk memukul mundur penjajah di antaranya brajamusti, kanuragan, dan ilmu kebal.
Mereka boleh mempraktikkan kebolehannya, namun harus dengan bijak dan tak boleh sembarangan. Semuanya dikendalikan melalui bimbingan para kiai.
Dari sana banyak bermunculan para jawara dengan kekuatan yang sakti, sehingga hal ini identik dengan wilayah Banten.