Potret Bendungan Termahal Diresmikan Jokowi, Digarap Hutama Karya dan Telan Biaya Rp3,5 Triliun
Bendungan Leuwikeris itu dibangun sejak 2016 atau selama delapan tahun pembangunannya dengan dana bersumber dari APBN senilai Rp3,5 triliun.
Presiden Joko Widodo menyebut pembangunan Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat menelan biaya paling besar senilai Rp3,5 triliun. Biaya ini lebih besar dibandingkan dengan nilai biaya bendungan yang sudah diresmikan sebelumnya.
"Ini bendungan, dari 44 bendungan yang sudah saya resmikan, ini adalah bendungan yang menelan biaya paling besar Rp3,5 triliun," kata Presiden saat meresmikan Bendungan Leuwikeris di Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya dikutip dari Antara, Kamis (29/8).
Jokowi menuturkan, Bendungan Leuwikeris itu dibangun sejak 2016 atau selama delapan tahun pembangunannya dengan dana bersumber dari APBN senilai Rp3,5 triliun.
Biasanya anggaran untuk pembangunan bendungan, kata Presiden, seperti yang sudah diresmikan sebelumnya besaran biayanya sekitar Rp800 juta, dan yang paling besar Rp1,5 triliun.
"Biasanya Rp800 miliar, Rp1 triliun atau Rp1,5 triliun, ini sekali lagi Rp3,5 triliun dengan luas genangan yang juga tidak kecil, 243 hektare, dan volume daya tampung juga sangat besar 81 juta meter kubik air," katanya.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan bertujuan untuk peningkatan volume tampungan air sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terus terjaga, penyediaan air baku dan pengendalian banjir.
"Sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Dengan pembangunan Leuwikeris diharapkan kontinuitas suplai air ke sawah terjaga. Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau," terangnya.
Digarap Hutama Karya
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim menjelaskan bahwa Hutama Karya sebelumnya telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Leuwikeris paket 3 pada Desember 2018 dengan nilai kontrak Rp387 miliar, serta paket 4 yang selesai pada Juni 2022 dengan nilai Rp804 miliar. Peresmian ini mencakup keseluruhan pembangunan bendungan yang terbagi menjadi tujuh paket pekerjaan.
“Pada paket 3, Hutama Karya mengerjakan jalan akses, Jembatan Citanduy, dan galian terowongan pengelak. Sedangkan untuk paket 4, KSO Wika-HK-BRP menangani pembangunan jalan akses, Jembatan Cihapitan, struktur spillway, underpass, serta pekerjaan elektrikal dan hydromechanical,” ujar Adjib.
Adjib menjelaskan berbagai manfaat dari bendungan serbaguna ini, termasuk membendung aliran Sungai Citanduy untuk mengairi lahan pertanian seluas 11.216 hektare yang terbagi ke Daerah Irigasi (DI) Lakbok Utara, DI Lakbok Selatan, serta DI Manganti di Cilacap.
Bendungan ini juga mampu mereduksi debit banjir dari 509,7 m³ per detik menjadi 450,02 m³ per detik, menyediakan air baku bagi masyarakat di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya dengan debit 0,845 m³ per detik, serta berpotensi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 20 megawatt.
Dengan kapasitas tampungan sebesar 81,44 juta m³ dan luas area genangan 4.616 hektare, Bendungan Leuwikeris juga berpotensi menjadi destinasi wisata dan sarana edukasi. Pengunjung dapat mempelajari sejarah pembangunan bendungan, manfaatnya, serta teknik pengelolaan sumber daya air.
"Keberadaan Bendungan Leuwikeris diharapkan dapat membuka berbagai peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar, termasuk di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Dengan pasokan air yang lebih stabil dan pengendalian banjir yang lebih baik, wilayah ini memiliki potensi untuk berkembang di masa depan," tutup Adjib Al Hakim.