Salah Satu Warisan Budaya di Bantul, Ini Fakta Menarik Saluran Irigasi Dam Kamijoro yang Berusia Ratusan Tahun
Dam Kamijoro menjadi bukti keberadaan bangunan arkeologis gaya Eropa yang masih berfungsi dengan baik sejak zaman Belanda hingga sekarang.
Dam Kamijoro menjadi bukti keberadaan bangunan arkeologis gaya Eropa yang masih berfungsi dengan baik sejak zaman Belanda hingga sekarang.
Salah Satu Warisan Budaya di Bantul, Ini Fakta Menarik Saluran Irigasi Dam Kamijoro yang Berusia Ratusan Tahun
Mayoritas warga di Bantul berprofesi sebagai petani. Oleh karena itu, dibutuhkan saluran irigasi yang bisa mengalirkan air dari sungai menju lahan pertanian mereka.
Di kawasan Bantul, saluran irigasi sudah dibangun sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu yang tertua adalah Dam Kamijoro.
-
Kapan Dam Karangdoro dibangun? Bendungan ini dibangun di Kecamatan Tegalsari. Orang-orang Belanda pada zaman itu paling suka mengunjungi bendungan ini untuk berwisata hingga prewedding.
-
Apa kegunaan Dam Karangdoro? Bendungan tersebut dibangun untuk mengatur aliran sungai Kalibaru. Di atas bendungan terdapat jembatan panjang yang digunakan sebagai penghubung antara Desa Karangdoro dan Desa Barurejo.
-
Di mana Dam Jati berada? Terletak di Desa Goranggareng, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Dam Jati menawarkan pemandangan kekinian, dindingnya dicat warna-warni.
-
Dimana Dam Karangdoro berada? Bendungan ini dibangun di Kecamatan Tegalsari.
-
Mengapa Sumur Jalatunda disebut sumur terbesar di Indonesia? Dikatakan bahwa area sumur ini memiliki diameter sekitar 90 meter dengan kedalaman berkisar antara 100 hingga 150 meter. Tak heran, jika sumur ini dijuluki sebagai sumur terbesar di Indonesia.
-
Siapa yang membangun Dam Karangdoro? Kendati dibangun kolonial Belanda, pelaksana teknik pembangunan bendungan merupakan seorang pribumi asal Jawa Tengah, namanya Ir. Sutedjo.
Dam Kamijoro terletak di Dusun Plampongan, Kalurahan Triwidadi, Kapanewon Pajangan, Bantul. Saluran irigasi ini dibangun pada salah satu sisi aliran Sungai Progo.
Foto: YouTube Bantul TV
Dibangun pada tahun 1924, Dam Kamijoro menjadi bukti keberadaan bangunan arkeologis gaya Eropa yang masih berfungsi dengan baik sejak zaman Belanda hingga sekarang.
Foto: YouTube Bantul TV
Air dari Sungai Progo dari Dam Kamijoro ini dipecah untuk dialirkan ke berbagai tempat di Kabupaten Bantul yang meliputi sekitar lima kapanewon.
Untuk menyalurkan air dari Sungai Progo melalui Dam Kamijoro, dibuat saluran air mulai dari daerah Kamijoro di Pajangan sampai Gadingsari, Sanden, Bantul.
Pintu saluran irigasi tersebut dilengkapi dengan gejlek atau daun pintu yang bisa ditutup dan dibuka sesuai kebutuhan.
Di sebelah selatan Dam Kamijoro, tepatnya di daerah Sanden, terdapat tujuh buah pintu air yang berfungsi membagi air untuk kebutuhan irigasi sawah di tiga kapanewon yaitu Kapanewon Kretek, Sanden, dan Srandakan.
Dahulu, Dam Kamijoro dilengkapi dengan mesin Ruston yang berfungsi untuk menyedot endapan lumpur. Namun saat ini mesin tersebut sudah tidak berfungsi lagi.
Hadirnya Dam Kamijoro mampu memberikan peningkatan ekonomi secara signifikan kepada masyarakat khususnya petani. Sebab alirannya dapat mengairi ribuan hektare sawah di Kabupaten Bantul.
Pada 12 November 2008, Dam Kamijoro telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya non-gedung oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Keberadaannya dianggap memiliki peran penting bagi pengetahuan, sejarah, kebudayaan, dan juga pendidikan.