Potret Fasilitas Kerohanian UGM, Simbol Kerukunan Umat Beragama
Di sini sivitas UGM bisa menjalankan kegiatan keagamaan sekaligus berdialog untuk membangun kebhinekaan
Di sini sivitas UGM bisa menjalankan kegiatan keagamaan sekaligus berdialog untuk membangun kebhinekaan
Potret Fasilitas Kerohanian UGM, Simbol Kerukunan Umat Beragama
Universitas Gadjah Mada kini punya rumah ibadah enam agama di lingkungan kampus. Selain Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center yang telah lebih dulu dibangun, baru-baru ini Rektor UGM meresmikan fasilitas kerohanian yang di dalamnya terdapat dua bangunan gereja untuk Kristen Katolik dan Protestan, wihara untuk agama Buddha, Kelenteng untuk peribadatan umat Konghucu, serta pura untuk peribadatan umat Hindu.
-
Dimana UGM didirikan? Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta, Indonesia.
-
Siapa tokoh penting dalam pendirian UGM? Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah salah satu tokoh yang mendukung pendirian kembali UGM di wilayah Republik yang tersisa, Yogyakarta.
-
Kapan UGM didirikan? Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta, Indonesia.
-
Dimana KKN UGM berlangsung? Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Dimana situs keagamaan itu ditemukan? Situs ini ditemukan selama penggalian di Kastil Midas yang berada di Lembah Midas Yazilikaya distrik Han Eskisehir, Turki bersama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin oleh Yusuf Polat dari Universitas Anadolu.
-
Dimana RSA UGM menjalankan layanan ini? Nantinya paket wisata tersebut bakal menggabungkan layanan medis unggulan RSA dengan layanan fasilitas hotel bintang lima bekerja sama dengan Sheraton Mustika Resort and Spa.
“Di UGM sendiri, salah satu yang kita bangun adalah inklusivitas. Kita memang heterogen, sehingga harus diwadahi termasuk dalam hal keberagaman,” ujar Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia dikutip dari Ugm.ac.id pada Selasa (19/12) lalu.
Dilansir dari Ugm.ac.id, fasilitas kerohanian tersebut berlokasi di Jl. Podocarpus, Sendowo, berdekatan dengan salah satu asrama mahasiswa UGM.
Fasilitas tersebut berdiri pada lahan seluas 5.992 meter persegi dan di dalamnya sudah ada area terbuka hijau, plaza, dan area parkir.
Masing-masing bangunan peribadatan didesain menggunakan ciri dari masing-masing agama. Dua gereja yang telah berdiri masing-masing mampu menampung hingga 100 orang. Pura mampu menampung 50 orang, sedangkan wihara dan kelenteng masing-masing dapat menampung sekitar 40 orang.
Bangunan wihara, kelenteng, dan pura telah selesai dibangun pada tanggal 19 November lalu, sedangkan gereja dan fasilitas pendukungnya diselesaikan pada tanggal 16 Desember. Pembiayaan pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana masyarakat sejumlah Rp25 miliar.
Dengan adanya bangunan ini, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Prof. Dr. Pratikno mengatakan bahwa keberadaan fasilitas itu harus sejalan dengan jati diri dan semangat UGM.
Pratikno berharap, komunitas keagamaan di lingkup UGM dapat menghidupkan fasilitas ini dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna. Ia juga berharap inisiatif ini dapat menginspirasi institusi pendidikan lainnya untuk ikut mewadahi para sivitas dalam menekuni kegiatan keagamaan sekaligus merayakan keberagaman.
“Kita bisa mendorong kebinekaan dari UGM. Harapannya ini terus diperluas di universitas lain, sehingga kesadaran akan perbedaan tetapi tetap bersatu menguat di antara anak muda kita,” tambahnya dikutip dari Ugm.ac.id.