Akan dipaksa beli pertamax, pengguna motor ragu beli mobil murah
Nielsen melihat peluang terbesar memasarkan LCGC terletak di kota-kota pinggiran atau kota besar di luar Jawa.
Lembaga survei Nielsen menggelar jajak pendapat via Internet terkait minat konsumen Indonesia membeli kendaraan roda empat. Adanya mobil murah ramah lingkungan (low cost green car) diakui menggenjot hasrat calon pembeli.
Akan tetapi, beberapa alasan membikin konsumen kategori new entry alias orang yang sebelumnya belum memiliki mobil urung membeli LCGC. Salah satunya karena pemerintah bersiap membatasi konsumsi bahan bakarnya hanya untuk non-subsidi.
"Mereka masih berpikir untuk ganti motor ke mobil murah, ongkosnya bagaimana, harus disimpan di mana, termasuk aturan pemerintah juga berpengaruh, kalau mereka harus menggunakan bensin non-subsidi," kata peneliti Nielsen Indonesia Yohannes Benny Wuryanto di Jakarta, Rabu (16/4).
Atas dasar itu, Nielsen melihat peluang terbesar memasarkan LCGC buat konsumen kategori new entry terletak di kota-kota pinggiran atau kota besar di luar Jawa. Sebab, untuk konsumen di Jakarta, mobil murah hanya akan menjadi mobil tambahan.
"Orang Jakarta gengsian, mobil murah hanya akan jadi mobil kedua misalnya buat anak yang masih kuliah," ungkap Benny.
Lepas dari beberapa hambatan itu, target memasarkan LCGC ke konsumen new entry masih besar, terutama yang sekarang masih menggunakan sepeda motor. Benny beralasan, tingkat pendapatan masyarakat kelas menengah meningkat. Ditambah indeks kepercayaan konsumen tinggi, kredit mobil masih bisa digenjot dalam waktu dekat.
"Dari survei kami jelas, peluang LCGC menjadi pilihan konsumen yang belum memiliki mobil masih tinggi," ujarnya.
Dalam survei Nielsen yang digelar Agustus-September 2013 lalu, 4 dari 5 konsumen di Indonesia berminat membeli mobil dalam jangka waktu dua tahun mendatang. Selain itu, 95 persen pemilik mobil juga berminat mengganti mobilnya ke merek lebih mahal dalam waktu dekat.
Sebelumnya, pelaku industri mengakui target konsumen LCGC meleset dari tujuan awal. Hal itu disampaikan Presiden Direktur Toyota Astra Motor Johnny Darmawan soal penjualan seri Toyota Agya yang masuk kategori mobil murah.
Dia mengatakan, pasar LCGC mencapai kisaran 13.000-15.000 unit per bulan. Itu mencakup 4,16 persen dari total penjualan nasional.
Rupanya, LCGC paling banyak dicari segmen konsumen lama. Padahal pelaku industri dan pemerintah awalnya berharap pembeli mobil murah adalah kategori new entry, artinya orang yang dulunya berkendara dengan sepeda motor.
"Target new entry belum sukses, baru 20-25 persen itu pembeli baru. Selebihnya 75-80 persen pembeli adalah customer kita juga, yang biasa membeli compact car, dan MPV. Padahal tujuan utamanya LCGC kan bagaimana dinikmati orang yang dulu naik motor," kata Johnny.
Sedangkan pemerintah mulai menduga penjualan mobil murah berpotensi bikin kuota BBM subsidi jebol. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian dan kementerian Keuangan sedang berkoordinasi membatasi supaya LCGC tak membeli premium.
Ada informasi mobil yang dijual di bawah Rp 100 juta itu bisa didesain tangki BBM-nya, supaya cuma bisa dilayani dengan selang (nosel) kecil. Selang itu hanya bisa melayani penjualan Pertamax, atau BBM non-subsidi lainnya.