Akhirnya, Indonesia Kantongi Rp16,2 Triliun dari Amerika Serikat untuk Proyek Transisi Energi
Pencairan ini jadi kabar baik bagi sektor industri yang juga sangat terlibat dalam proses JETP untuk proyek transisi energi.
Kepastian ini dilontarkan dalam pertemuan antara Asisten Menteri Keuangan Amerika Serikat, Alexia Latortue bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Bimasena Club at The Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (11/7).
Akhirnya, Indonesia Kantongi Rp16,2 Triliun dari Amerika Serikat untuk Proyek Transisi Energi
Akhirnya, Indonesia Kantongi Rp16,2 Triliun dari Amerika Serikat untuk Proyek Transisi Energi
- Berada di Indonesia, Ini Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Terbesar di ASEAN
- Jepang Siap Kucurkan Dana Buat Transisi Energi di Indonesia
- Dukung Transisi Energi, PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW dari Proyek Hijaunesia
- Indonesia Terancam Jadi Negara Pengimpor Net Migas Jika Tak Lakukan Ini
Bank Pembangunan Amerika Serikat (US International Development Finance Corporation/DFC) menyetujui pembiayaan USD 1 miliar atau setara Rp16,2 triliun untuk Indonesia. Dana tersebut diberikan dalam rangka percepatan menuju energi bersih.
Kepastian ini dilontarkan dalam pertemuan antara Asisten Menteri Keuangan Amerika Serikat, Alexia Latortue bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Bimasena Club at The Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (11/7).
Asisten Menteri Keuangan AS, Alexia Latortue mengatakan, biaya USD 1 miliar itu masuk dalam program pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang disepakati per 2022.
Dana hibah ini jadi satu paket dengan komitmen investasi USD 126 juta, atau sekitar Rp2,41 triliun untuk pembangkit listrik Ijen Geothermal di Jawa Timur oleh PT Medco Cahaya Geothermal.
"Adapun USD 1 miliar pembiayaan JETP telah disetujui. Salah satu proyek yang disepakati termasuk USD 126 juta proyek pembangkit listrik Geothermal," ujar Latortue.
merdeka.com
Menurut dia, itu jadi salah satu contoh bahwa pendanaan JETP bakal menciptakan kepastian penggunaan energi bersih untuk masa depan Indonesia.
"Sekarang kita bergerak mengimplementasikan cita-cita untuk memiliki energi yang aman, murah, dan juga bersih bagi Indonesia. Ini juga akan menciptakan pertumbuhan hijau di negara ini, dengan perkiraan 300.000 lapangan kerja berkualitas (akan tercipta), dan memastikan transisi energi akan memberikan keuntungan bagi seluruh rakyat Indonesia," bebernya.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani turut mengapresiasi janji pencairan dana JETP dengan total nilai sebesar USD 20 miliar, yang pada akhirnya mulai cair.
"Pada akhirnya dia sadar Indonesia benar-benar menonjolkan komitmennya. Saya pikir dengan nilai USD 1 miliar yang telah disepakati, setidaknya ini jadi kabar baik. Bukan sekadar komitmen USD 20 miliar, tapi ada sesuatu yang bisa mulai digunakan," ungkap Shinta.
Menurut dia, pencairan ini jadi kabar baik bagi sektor industri yang juga sangat terlibat dalam proses JETP untuk proyek transisi energi.
Shinta menilai, Kadin Indonesia juga telah membahas banyak hal dengan DTC. Termasuk tantangan yang masih dihadapi di lapangan, bagaimana dukungan pemerintah dalam hal regulasi kebijakan, hingga faktor pembiayaan.
"Oleh karenanya, pembiayaan jadi persoalan yang sangat besar. Bukan hanya akses terhadap pembiayaan, namun juga akses terhadap pendanaan yang harus dipertimbangkan," kata Shinta.
"Pada akhirnya, kami ingin mendorong lebih banyak energi terbarukan, dan hal ini juga akan mempengaruhi bagaimana industri itu sendiri, yang kini juga berada dalam kondisi yang baik. Sejalan dengan permintaan pasar, diperlukan pasokan yang lebih banyak untuk tenaga listrik dihasilkan oleh EBT (energi baru terbarukan)," tuturnya.