Asal Usul Bali Manifesto dan Nasib Para Pekerja di Masa Depan
Bali Manifesto, kesepakatan internasional hadapi tantangan pekerja di masa depan.
Asal Usul Bali Manifesto dan Nasib Para Pekerja di Masa Depan
Asal Usul Bali Manifesto dan Nasib Para Pekerja di Masa Depan
Inclusive Lifelong Learning conference telah menghasilkan peta jalan menuju pembelajaran seumur hidup untuk semua pihak yang kemudian disebut sebagai Bali Manifesto. Dalam Bali Manifesto tersebut disampaikan terkait tantangan dan kesempatan pembelajaran seumur hidup yang inklusif. Bali Manifesto telah disepakati oleh 339 peserta. Terdiri dari presiden, menteri, anggota parlemen, wali kota, dan sejumlah akademisi serta mitra yang berasal dari 38 negara.
"Kami menyadari tantangan yang terkait dengan perluasan akses dan partisipasi yang setara bagi semua untuk pembelajaran sepanjang hayat," kata Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari, di Bali, Kamis (6/7).
- 2 Penghargaan Ini Diraih Pemprov Bali di Penghujung Tahun 2023
- Anies Baswedan Soroti Kualitas Manusia Indonesia: Kawasan Timur Telat 1 Dekade
- Bukan Dana Asing, Bappenas Usul Proyek LRT Bali Pakai Pinjaman Ini
- Usaha Mebel Tutup Akibat Bom Bali, Gede Merta Akhirnya Raup 25 Juta Per Bulan dari Dulang dan Bokor
Tak hanya terkait perluasan akses saja yang menjadi tantangan dalam pembelajaran sepanjang hayat, melainkan termasuk keterbatasan sosial-ekonomi, kesenjangan literasi, kesenjangan pendidikan. Tak terkecuali terbatasnya akses kesempatan belajar karena kendala geografis atau infrastruktur, kesenjangan digital, hambatan bahasa dan budaya.
Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja dan The UNESCO Institute for Lifelong Learning juga menyadari bahwa penggunaan teknologi digital dalam pendidikan adalah pedang bermata dua.
Teknologi digital menawarkan peluang besar, karena inklusi menjadi inti dari desain, teknologi asistif dan adaptif. Termasuk pembelajaran online dan hybrid dapat memfasilitasi akses ke peluang pembelajaran yang dipersonalisasi. "Tetapi teknologi juga menimbulkan ancaman terhadap privasi dan keamanan, dan berpotensi mengecualikan orang-orang yang tidak terhubung ke internet atau yang tidak memiliki keterampilan digital yang diperlukan untuk terlibat dengan dunia yang semakin digital," ujarnya.Forum ini juga menyepakati terkait pembelajaran dan pendidikan orang dewasa yang menjadi peluang kebijakan untuk mengkonsolidasikan kohesi sosial, meningkatkan pengembangan keterampilan kognitif, profesional, dan sosio-emosional. Lalu mengamankan perdamaian, meningkatkan pemahaman budaya, meningkatkan kemampuan kerja, berkontribusi pada aksi iklim, dan mendorong kehidupan bersama yang damai.