Potret Bali Kini di Mata Para Turis: Macet, Sampah dan Pembangunan Semrawut
Keindahan alam dan budaya yang begitu kental membuat turis mancanegara betah berlama-lama liburan di Bali.
Bali menjadi salah satu destinasi wisata Indonesia yang paling banyak didatangi turis mancanegara. Keindahan alam dan budaya yang begitu kental membuat mereka betah berlama-lama di Bali.
Potret Bali Kini di Mata Para Turis: Macet, Sampah dan Pembangunan Semrawut
Seperti cerita Theo, turis asal Belanda. Sudah tiga pekan lebih dia berada di Bali. Sampai saat ini, dia belum menjadwalkan kepulangan karena betah dengan keramahan masyarakat Bali dan alamnya yang indah.
"Orang-orangnya yang membuat saya nyaman di Bali dan alamnya yang begitu cantik," kata Theo, saat ditemui di Kuta, Bali, Kamis (13/7).
Namun demikian, ada beberapa hal yang ditemukannya saat berada di Bali dan membuat tak nyaman. Seperti saat berjemur di pantai.
Banyak sekali lalu lalang jasa yang ditawarkan. Meski memahami kondisi masyarakat yang berdagang, dia merasa kurang terbiasa dengan kondisi itu.
"Di Belanda kami tidak terbiasa, misalnya saat di pantai, banyak orang datang untuk menawarkan dagangannya, massage, tato. Saya tidak suka itu dan saya selalu menolak dengan ramah. Tapi di sisi lain saya mengerti orang-orang perlu mencari uang. Tapi saya tidak suka itu (caranya)," ungkapnya.
Theo juga menyayangkan kenyamanan ruas jalan di Bali karena kian macet. Kondisi itu membuat polusi udara yang mengganggu pernapasan.
"Kemacetan, banyak sekali ada skuter. Saya tidak suka bau asap kendaraan. Saya tidak tahu apa yang bisa dilakukan untuk (mengurangi) itu. Tapi Bali punya orang-orang yang ramah," katanya.
Masalah lain yang membuat Bali tak seindah dulu, katanya, kebiasaan orang membuang sampah sembarangan. Pulau Dewata kini seolah dipenuhi banyak sampah di tiap sudut jalan.
"Banyak sampah, orang-orang membuang sampah sembarangan," ujarnya.
Para turis mengakui pembanguan di Bali tumbuh pesat dibandingkan dahulu. Bisa terlihat di daerah Uluwatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Sayangnya, pembangunan itu terkesan tanpa perencanaan yang baik. Dampaknya, tata kota Bali menjadi tidak semrawut.
"Tapi tidak ada perencanaan kota yang baik, jadi pembangunannya tidak begitu berkelanjutan. Perubahannya menjadi lebih tidak baik," ungkap turis asal Prancis.
Dia menyayangkan pembangunan itu dibiarkan begitu saja, tidak dihentikan. Padahal, pembangunan yang dilakukan juga tidak berdampak signifikan pada masyarakat lokal
"Saya rasa terlalu banyak investasi asing, terlalu banyak uang keluar dari Bali dan keuntungannya tidak kembali kepada orang Bali sendiri. Pemerintah harus membuat aturan yang lebih baik untuk mengontrol tanah mereka," ujarnya.