BI Rate diprediksi kembali naik bulan ini
Beban menekan defisit neraca perdagangan berpindah ke BI melalui kebijakan moneter.
Defisit neraca transaksi berjalan yang masih cukup tinggi membuat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) diperkirakan masih akan mengalami kenaikan. BI diprediksi akan kembali menaikkan suku bunganya pada bulan ini.
Managing Director & Senior Economist Bank Standard Chartered Indonesia Fauzi Ichsan memperkirakan, suku bunga acuan Bank Indonesia akan naik dari 7,5 persen menjadi 8 persen pada bulan ini.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
-
Bagaimana UBS Sekuritas Indonesia menentukan target harga saham BBRI? "Target harga kami mengasumsikan tingkat bebas risiko sebesar 7,25% (tidak berubah), tanggal batas akhir September 2024 (mulai Maret 2024), RoE berkelanjutan sebesar 20,5% (tidak berubah), dan pertumbuhan berkelanjutan sebesar 9% (tidak berubah). Pada target harga kami, saham akan diperdagangkan pada 3,0x PB 2024," jelas PT UBS Sekuritas Indonesia.
-
Apa penghargaan yang diraih oleh BRI? Berkomitmen tinggi pada penerapan keuangan berkelanjutan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil meraih penghargaan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) Award 2023 yang diselenggarakan oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI).
-
Bagaimana The Banker menilai kinerja BRI? Dalam situs resminya The Banker melakukan pemeringkatan Top 1000 World Banks 2023 mengacu pada pencapaian kinerja keuangan pada 2022. Adapun aspek penilaian diantaranya terdiri dari sisi balance sheet, income statement, dan capital adequacy.
"Negara-negara yang mengalami defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan menaikkan suku bunga. Apalagi tahun ini dimulainya tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) sehingga ada potensi BI rate akan naik 50 basis poin menjadi 8 persen," ujarnya kepada wartawan, Jakarta, Selasa (21/1).
Kebijakan menaikkan suku bunga merupakan satu-satunya pilihan Bank Indonesia untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan. Beberapa negara dengan defisit transaksi berjalan paling tinggi, telah menaikkan suku bunga acuannya. Semisal Brasil mencapai 10 persen dan India antara 7,5-8 persen.
"Kenaikan tersebut tepat guna menjaga perekonomian di tengah ketidakpastian perekonomian global," jelas dia.
Indonesia sebetulnya memiliki opsi lain untuk menekan defisit, yaitu melalui kontraksi fiskal. Namun hal ini tidak dapat dilakukan di tahun pemilu. "Pemerintah tidak mungkin menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) atau menaikkan pajak di tahun pemilu sehingga beban untuk menekan pertumbuhan ekonomi hampir sepenuhnya berpindah ke BI melalui kebijakan moneter," ungkapnya.
Kebijakan menaikkan suku bunga merupakan pilihan yang harus diambil untuk menekan impor. Sebab pemerintah kesulitan meningkatkan ekspor. Salah satunya karena 60 ekspor Indonesia merupakan komoditas di mana beberapa bulan ke depan belum ada perbaikan dari sisi harga.
"Tahun ini beban defisit neraca transaksi berjalan Indonesia akan bertambah besar karena UU Minerba yang membuat nilai ekspor turun sampai USD 5 miliar. Mau tidak mau BI rate harus dinaikkan lagi pada Januari," tambah dia.
Dalam pandangannya, bila impor telah menurun, maka defisit neraca transaksi berjalan akan lebih sehat. Defisit tahun ini diproyeksi akan turun dari USD 32 miliar menjadi USD 27 miliar. Penurunan defisit ini diharapkan akan membantu penguatan rupiah.
Sehingga Fauzi memproyeksikan rupiah akan kembali menguat di kuartal IV/2014 ke level Rp 11.500 per USD.
"Ini akan berdampak pada kestabilan rupiah. Bila BI rate telah dinaikkan dan didukung kebijakan fiskal yang baik, maka nilai tukar rupiah berpotensi menguat pada posisi Rp 11.500 per USD. Tapi di kuartal II rupiah bisa melemah dulu sampai Rp 12.500, " tutupnya.
(mdk/noe)