BI sentil rendahnya penyerapan anggaran DKI Jakarta
Rendahnya penyerapan anggaran membuat pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya 5,3 persen.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta hanya tumbuh 5,2 persen pada tahun ini. Turun dibandingkan perkiraan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama atau Ahok sebesar 5,9 persen sampai 6,3 persen. Pasalnya, kondisi yang cukup buruk ini datang akibat rendahnya penyerapan belanja pemerintah daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni Juwono mengatakan sampai dengan kuartal III, realisasi penyerapan anggaran baru mencapai 27 persen. Diperkirakan sampai akhir tahun penyerapan anggaran akan di bawah 60 persen.
"Kalau melihat tahun-tahun sebelumnya, realisasi di kuartal III itu 37 persen, tapi ini kuartal III 2015 sangat rendah sekali hanya 27 persen," ujarnya saat acara 'Media briefing mengenai Perkembangan Ekonomi Terkini DKI Jakarta' di Kantor Perwakilan DKI Jakarta, Selasa (27/10).
Namun, Doni masih melihat optimisme pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun depan dengan perkiraan 5,4 persen sampai 6 persen. Hal ini seiring dengan optimisme pada perekonomian global yang akan lebih baik sehingga memberikan dampak terhadap kondisi nasional dan daerah.
Menurutnya, porsi pendorong paling besar tetap dari sisi konsumsi rumah tangga, yang berada di atas 5 persen. Kemudian sisi investasi juga cukup tinggi, seiring dengan beberapa program pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta.
"Tahun depan kita optimis global akan membaik, kecuali Tiongkok. Tapi jangan khawatir, Jakarta akan didorong oleh konstruksi, kita lihat masih banyak proyek yang berjalan, seperti MRT, terus ada juga jalan layang, tentu memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi. Jadi 5,4-6 persen," jelas dia.
Sementara, di sisi inflasi, sampai dengan September atau secara year to date (YTD) mencapai 2,94 persen. Diproyeksikan inflasi akan tetap terkendali sampai akhir tahun atau di bawah 4,3 persen.
"Inflasi di 2015 diperkirakan di bawah 4,3. Inflasi YTD 2,94 persen masih ada 3 bulan. Oktober itu deflasi karena base yang bikin inflasi naik adalah transportasi, nanti kan avtur turun, jadi nekan ke bawah," ungkapnya.