Bos BCA: UMKM Masih Kalah Saing dengan Importir di Pasar Digital
Merujuk pada data, Jahja mengatakan, indeks penjualan ritel lokal saat ini memang relatif naik. Namun itu masih jauh dibandingkan dengan impor barang konsumsi yang dilakukan pedagang digital.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau Bank BCA, Jahja Setiaatmadja mencermati lambatnya pelaku UMKM untuk bisa bersaing di pasar digital.
Menurut dia, UMKM masih jauh tertinggal dibanding pedagang (merchant) importir yang tak mau ambil pusing dalam menjual barang.
-
Apa yang dimaksud dengan UMKM? Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor penting yang turut mendukung perekonomian suatu negara.
-
Apa yang dilakukan oleh BRI untuk membantu UMKM dalam menembus pasar global? Keberangkatan UMKM berprestasi ini merupakan hasil kolaborasi BRI dengan KJRI New York dalam rangka mendukung UMKM Indonesia menembus Pasar Global dan sebagai rangkaian Road to BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023.
-
Kenapa BRI mendukung UMKM? Koordinator Rumah BUMN BRI Yogyakarta S. Condro Rini (34) sangat menyadari bahwa UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, mendorong pelaku UMKM untuk terus maju dan berkembang salah satunya lewat Rumah BUMN, merupakan pekerjaan besar dan mulia.
-
Siapa yang mendorong perusahaan besar untuk mendukung UMKM? Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah mendorong perusahaan besar mendukung tumbuh dan berkembangnya UMKM.
-
Kenapa Bank BRI membantu UMKM Jambu Kristal Tanwiedjie di Purworejo? Bank BRI banyak membantu masyarakat agar bisa terus bertahan dan meningkatkan perekonomian petani jambu kristal.
-
Bagaimana KemenKopUKM mendorong UMKM untuk masuk ke rantai nilai global? Untuk itu Hanung mendorong agar pelaku UMKM memanfaatkan kebijakan yang mengatur agar Pemerintah Pusat/Daerah dan BUMN berbelanja produk UMKM. "Potensi belanja barang dan jasa Pemerintah mencapai Rp500 triliun, BUMN Rp500 triliun, IKN Rp500 triliun, dan usaha besar Rp400 triliun,"
Merujuk pada data, Jahja mengatakan, indeks penjualan ritel lokal saat ini memang relatif naik. Namun itu masih jauh dibandingkan dengan impor barang konsumsi yang dilakukan pedagang digital.
"Di sini kita lihat barang konsumsi meningkat tinggi, ini kemungkinan besar adalah mixture impor barang-barang yang dijual melalui online," ujar dia dalam sesi webinar, Selasa (6/7).
Dalam hal ini, Jahja tidak ingin menyalahkan platform online yang punya angka penjualan barang lebih besar. Pasar digital disebutnya hanya jadi wajah para merchant untuk menjual produk-produknya.
"Tapi kalau kita lihat, kebanyakan merchant di online itu yang mau gampang, mereka ambil barang dari luar negeri, impor, lalu mereka jual di ritel," sebut Jahja.
UMKM Harus Melek Digital
Jahja berkesimpulan, pelaku UMKM seharusnya bisa dididik untuk lebih bisa melek digital. Sebab, dari data terbaru yang dibacakannya, baru sekitar 23 persen pelaku UMKM yang bisa menempatkan produk jualannya tepat sasaran di pasar e-commerce.
"Karena kalau kita lihat bahwa ini adalah kunci untuk para pengusaha keluar dari lingkaran setan mobilitas yang terhambat. Kalau mereka hanya menunggu di toko yang ada jam operasinya, dan orang segan keluar rumah, gimana mereka mau jualan? Satu-satunya jalan adalah dengan onboarding produk-produk mereka (di pasar digital)," tuturnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)