Bos PLN: PLTS Terapung Cirata Kurangi Emisi Karbon 214.000 Ton per Tahun
Proyek listrik ramah lingkungan itu telah memperoleh dukungan dana dari lembaga keuangan internasional, yakni Sumitomo Mitsui Banking Corp, Societe Generale, dan Standard Charter Bank dengan nilai investasi sekitar USD 129 juta.
Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Zulkifli Zaini menyebut bahwa pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat berpotensi mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 214.000 ton per tahun.
"Kehadiran PLTS Terapung Cirata 145 megawatt ini akan menjadi revolusi pengembangan energi baru terbarukan di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa (3/8).
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Mengapa PLN membangun PLTS di IKN Nusantara? Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan PLTS ini menunjukkan keseriusan pemerintah melalui PLN dalam menyiapkan sistem kelistrikan yang andal dan berbasis pada energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik di IKN Nusantara. Hal ini selaras dengan pembangunan IKN sebagai forest city yang hijau dan ramah lingkungan.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
Proyek listrik ramah lingkungan itu telah memperoleh dukungan dana dari lembaga keuangan internasional, yakni Sumitomo Mitsui Banking Corp, Societe Generale, dan Standard Charter Bank dengan nilai investasi sekitar USD 129 juta.
Kini PLTS terapung tersebut akan memasuki tahap konstruksi selama 18 bulan dan ditargetkan dapat beroperasi secara komersial pada November 2022.
Zulkifli mengungkapkan, total kapasitas pembangkit milik PLN yang beroperasi hingga semester I tahun ini tercatat sebesar 63 gigawatt dengan komposisi energi baru terbarukan sebanyak 7,9 gigawatt atau setara 13 persen.
Menurutnya, proyek PLTS terapung seluas 250 hektare itu akan memberikan kontribusi tambahan energi baru terbarukan sekitar 0,2 persen.
"Kami berharap pengembangan PLTS Terapung Cirata ini menjadi pemicu pengembangan energi baru terbarukan khususnya PLTS dengan tarif yang kompetitif sebagai bagian dari upaya PLN yang menghadirkan energi bersih, andal, dan keekonomian yang wajar," ujar Zulkifli.
PLTS Terapung Cirata merupakan satu dari 11 kesepakatan bisnis yang dipertukarkan di hadapan Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi pada Januari 2020.
Proyek itu dikembangkan secara patungan oleh anak perusahaan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI), dan anak usaha Mubadala Investment Company, Masdar, yang merupakan perusahaan energi baru dan terbarukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Kedua perusahaan itu membentuk perusahaan pengembangan bernama PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energy (PMSE). PJBI menguasai 51 persen saham dan Masdar menguasai 49 persen dengan skema power purchase agreement selama 25 tahun.
Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan PLTS terapung di Cirata dapat membantu pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) sebagai tindak lanjut Paris Agreement, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi sebesar 29 persen pada 2030 dengan upaya sendiri dan sampai dengan 41 persen dengan bantuan internasional.
Program penurunan emisi di Indonesia berfokus pada lima sektor yang berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca, yaitu sektor energi, industri, kehutanan, pertanian, dan limbah.
Komitmen sektor energi adalah penurunan emisi sebesar 314-398 juta ton karbon dioksida pada tahun 2030, target 23 persen energi baru terbarukan dari bauran energi primer, dan 17 persen efisiensi energi dari bussiness as usual energi final.
"Penyediaan energi bersih melalui pemanfaatan energi baru terbarukan khususnya energi surya menjadi salah satu prioritas untuk dapat mencapai tujuan tersebut mengingat potensi surya di Indonesia melimpah, masa pembangunan cepat, dan harga semakin kompetitif," pungkas Dadan.
(mdk/idr)