Cerita sopir ojek pendapatannya naik drastis berkat Go-Jek
Zulkarnain mengungkapkan saat ini dirinya bisa mendapat pendapatan hingga Rp 200.000 per hari.
Jasa layanan antar Go-Jek kini tengah digandrungi warga DKI Jakarta. Tak sedikit warga Ibu Kota yang menaruh kepercayaan dengan memanfaatkan jasa ini guna membantu aktivitasnya sehari-hari.
Managing Director Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim mengatakan seluruh pasukan Go-Jek yang bekerja di lapangan mayoritas mantan tukang ojek. "Kami ada tim yang langsung terjun ke lapangan. Tim itu dikepalai oleh Field Supervisor yang memang dulunya bekerja sebagai tukang ojek juga," beber Nadiem.
Sementara itu, menurut salah satu tukang ojek, Zulkarnain (43) keberadaan Go-Jek diakuinya sangat membantu kehidupan perekonomian dia dan keluarganya. "Sangat membantu. Istilahnya sekarang untuk sehari-hari saja cukup," ujar bapak anak tiga ini kepada merdeka.com.
Zul menceritakan, awalnya dia ditawari oleh temannya yang lebih dulu menjadi driver Go-Jek. "Kata teman saya penghasilannya lumayan, terus enggak rebutan sewa (penumpang)," ujar mantan pengojek jalanan ini.
Akhirnya, dua bulan yang lalu Zulkarnain pun memberanikan diri ikut masuk ke dalam bisnis Go-Jek. Dua bulan bernaung di bawah Go-Jek Indonesia, Zulkarnain pun merasakan perbedaan pola hidup yang drastis.
"Kalau dulu saya ngojek biasa dapetin Rp 50.000 sehari aja susah. Sekarang jadi Go-Jek alhamdulillah sehari bisa Rp 150.000 sampai Rp 200.000," ungkapnya senang.
Pembagian keuntungan dengan kantor pun, lanjut Zulkarnain, menganut sistem 80:20. "80 persennya buat kita (driver), 20 persen buat perusahaan," tandasnya.
Di samping penghasilan yang sudah lebih menentu, jam kerja pun bisa dibuat sefleksibel mungkin. "Enak mbak jam kerjanya. Jadi pagi ini misalnya jam 8 pagi saya cek hp, terus saya ambil pesanan. Nanti selesai anter, bisa pulang dulu ke rumah. Misalnya cas hp atau ngopi atau makan masakan istri," ungkapnya.
Kendati profesinya tidak terbatas oleh waktu, Zulkarnain pun tetap memberi batasan guna menjaga kesehatannya sendiri. "Kalau saya paling jam 10 malam udah stop ambil pesanan mbak. Biar gimana kesehatan juga harus dijaga kan," tutupnya.
Hal ini diakui sang bos Nadiem sebagai salah satu tujuan dibentuknya Go-Jek. Dia berkeinginan untuk menaikkan taraf hidup para tukang ojek di jalanan dengan bernaung dalam sebuah perusahaan.