Curhat tukang bakso di tengah panasnya hubungan Indonesia-Aussie
"Mereka berantem masa tukang bakso jadi korban," ucap Trisetyo.
Hubungan bilateral Indonesia dengan Australia terus memanas pasca penyadapan yang dilakukan negara kanguru tersebut. Bahkan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengatakan akan mengkaji ulang kerjasama perdagangan antar dua negara, termasuk di dalamnya soal impor sapi.
Ketua Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Indonesia (Apmiso) Trisetyo Budiman mengingatkan pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Pemerintah harus siap dalam memasok daging sapi segar ke dalam negeri jika hubungan dagang Indonesia dan Australia dihentikan. Trisetyo tidak mau nanti hanya menjadi korban dari pertikaian dua negara tersebut karena kurangnya pasokan daging segar.
"Ibaratnya nanti dua gajah bertarung kita yang terinjak-injak. Itu yang penting. Kita juga pakai daging sapi segar dari sapi bakalan Australia," ucap Trisetyo ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Sabtu (23/11).
Pemerintah diminta jangan dulu memutus hubungan dagang dengan Austrlia jika belum mendapat daging segar pengganti dari negara lain. Pasalnya, jika itu dilakukan hanya akan membuat daging sapi di dalam negeri melonjak. Saat ini saja harga daging sapi tidak kunjung turun.
"Janganlah kalau belum dapat subtitusi. kalau sudah dapat dari Brazil misalnya ya silakan. Kita jadi korban nantinya. Mereka berantem masa tukang bakso jadi korban," ketusnya.
Menurut Trisetyo, konsumen daging segar terbanyak di Indonesia saat ini adalah tukang bakso. Pemerintah diminta untuk memikirkan nasib tukang bakso dalam pengambilan keputusan penghentian impor sapi Australia.
"Kita ini pemakai daging sapi segar terbesar di Indonesia. Coba saja anda cek ke pasar tradisional, paling banyak ngabisin daging pasar becek ya tukang bakso," tutupnya.