Dampak Efisiensi Anggaran Program Makan Bergizi Gratis, Kualitas Nutrisi Anak Terancam
Program MBG kepada anak sekolah diyakini hanya sekadar menyesuaikan dengan anggaran.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak pernah luput menuai kritik. Setelah anggaran yang turun dari Rp15.000 menjadi Rp10.000 per porsi, komponen pada menu makan bergizi gratis juga menjadi bahan bulan-bulanan publik. Terbaru, muncul wacana daun kelor sebagai komponen pengganti susu dalam menu MBG.
Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pun mengkritik pemberian susu Ultra High Temperature (UHT) dalam program ini yang dianggap tidak selaras dengan semangat MBG untuk memberikan gizi optimal kepada anak-anak sekolah.
- Makan Bergizi Gratis Diharap Bisa Mendukung Pertumbuhan Anak dan Kebutuhan Nutrisinya
- Program Makan Bergizi Gratis Diuji Coba di 80 Titik, Jadi Modal Perluasan Tahun Depan
- Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Habiskan Anggaran Rp800 M Per Hari
- 54 Sekolah di Tangerang Bakal Nikmati Program Makan Bergizi Gratis
Sebelumnya, pemerintah dalam berbagai kesempatan menggunakan susu UHT saat melakukan uji coba program MBG. Bahkan, wakil presiden Gibran Rakabuming Raka kerap terlihat membagikan susu UHT kepada anak-anak dalam berbagai kegiatannya.
CEO dan founder CISDI, Diah Satyani Saminarsih menyebut susu UHT memiliki kandungan gula yang sangat tinggi. Maka dari itu, dia sangat tidak menyarankan pemberian susu UHT pada anak-anak.
“Jadi susu UHT itu tinggi gula. Dan itu yang kita selalu hindari karena susu itu akhirnya masuknya ke dalam kategori minuman berpemanis dalam kemasan,” ujar Diah.
Perlu diketahui, susu ultra-heat treatment adalah susu yang telah dipanaskan pada suhu lebih dari 135° Celsius selama beberapa detik. Meski dianggap lebih steril, namun konsumsi susu UHT harus sangat diperhatikan, karena susu UHT tidak diperuntukkan untuk segala usia, khususnya bayi.
Selain mengkritik pemberian susu UHT, Diah turut menyoroti ketidakjelasan tujuan dan target yang ingin dicapai melalui program MBG. Diah menilai pemerintah tidak pernah secara gamblang menjelaskan sasaran yang jelas. Selama ini pemerintah hanya menerangkan peningkatan gizi semata kepada masyarakat.
Menurut Diah, pemerintah harus jelas sasaran dari program MBG. “Apa yang mau dikoreksi (dari MBG)? untuk usia berapa? dan mau mengurangi makanan yang tinggi gula garam lemaknya kah? Jadi ini yang kita juga harus perjelas dengan lebih clear, program ini mau seperti apa?” tutur Diah.
Hal yang tidak kalah penting juga menurut Diah adalah penerapan standar gizi dari program MBG. Jangan sampai, pemberian MBG kepada anak sekolah hanya sekadar menyesuaikan dengan anggaran semata.
“Yang tidak kalah penting adalah standar isinya itu apa dari makan bergizi gratis ini? Karena kita juga mengetahui dari yang disiapkan yang disiarkan Rp10.000 itu standarnya apa? Apa kecukupan gizinya? Kan bukan hanya untuk kenyang, ya kan? Namanya juga makan bergizi gratis,” pungkasnya.