Dorong Transisi Energi, DEN Usul Penggunaan Kompor Listrik Dimulai dari Orang Kaya
Pemberian kompor induksi ini bertujuan untuk mengurangi impor gas LPG.
Pemberian kompor induksi ini bertujuan untuk mengurangi impor gas LPG.
- Masa Depan Migas di Tengah Perubahan Iklim dan Transisi Energi
- Dukung Transisi Energi, PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW dari Proyek Hijaunesia
- Dewan Energi: Kompor Listrik harus Dimulai dari Orang Kaya!
- Dapat Perintah dari Luhut, Konversi LPG ke Kompor Induksi Listrik Kembali Dilanjutkan Tahun Ini
Dorong Transisi Energi, DEN Usul Penggunaan Kompor Listrik Dimulai dari Orang Kaya
Dewan Energi Nasional (DEN) mengusulkan untuk bisa membagikan 500 ribu kompor induksi. Program ini digalakkan sebagai langkah transisi energi, khususnya guna mengurangi impor LPG.
"Untuk kompor induksi kita akan membagikan 500 ribu sejenis kompor induksi untuk rumah tangga memasak, ini untuk mengurangi impor LPG," ujar Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto di kantornya, Rabu (17/1/2024).
Merdeka.com
Namun, Djoko menyarankan agar pembagian kompor induksi ini tidak diberikan kepada masyarakat miskin atau kurang mampu. Tapi lebih kepada kelompok menengah atas atau orang kaya.
"Menurut kami, kompor induksi ini dimulai jangan dari orang miskin, justru dari orang kaya, menengah ke atas. Nah dimulai lah transisi ini harusnya dari orang menengah ke atas, orang yang sudah mampu menggunakan kompor listrik," ungkapnya.
Merdeka.com
"Kalau dimulai dari masyarakat yang miskin ya enggak mulai-mulai transisi. Sampai sekarang angkanya rendah terus. Jadi kompor induksi terus digalakkan, tidak diberhentikan, namun dimulai dari menengah ke atas," kata Djoko.
Sesuai mengadakan rapat bersama Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, rencana pembagian yang sempat terhenti kini tengah dikaji untuk dimulai lagi. Untuk sementara, pemerintah telah membagikan rice cooker sebagai pengganti kompor induksi.
"Untuk pembagian rice cooker peraturannya sudah keluar. Untuk pembagian rice cooker 500 ribu targetnya. Kenapa rice cooker, karena itu paling bisa diimplementasikan. Kita tinggal beli, harganya juga lebih murah dari kompor listrik," imbuhnya.
Djoko lantas menghitung, program bansos rice cooker secara anggaran lebih hemat daripada kompor induksi, bahkan pembangunan jaringan gas (jargas) untuk mengurangi LPG.
"Jadi 1 KK jargas bisa untuk 5 kompor induksi, bisa untuk 10 rice cooker. Makanya pemerintah ganti kompor induksi dengan rice cooker. Mudah-mudahan kalau ini bisa berjalan tadi yang miskin cuman 31,5 juta kali rice cooker harganya Rp 1 juta itu mungkin 1 kali subsidi LPG bisa selesai," tuturnya.
Merdeka.com