Dukung Transisi Energi, Perusahaan Batu Bara Adaro Kini Garap Proyek EBT
Keduanya memenangkan tender setelah memberikan penawaran harga listrik per kWh terendah kepada PT PLN (Persero). Penawaran tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah pembangunan PLTB di Indonesia.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengapresiasi langkah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (Adaro) yang telah melakukan diversifikasi bisnis melalui pengerjaan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Hal ini ditandai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut, Kalimantan Selatan, berkapasitas 70 MW. Dalam proyek tersebut Adaro melalui anak usahanya PT Adaro Power menggandeng Total Eren.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
-
Kenapa Pertamina terus mendorong transisi energi? Setelah semua negara berkomitmen terhadap penurunan karbon emisi menuju net zero emission, ada optimisme, ada kegamangan, ada kekhawatiran. Namun ini semua tidak menyurutkan langkah kita untuk terus melaksanakan energi transisi seperti yang disepakati bersama,” ungkap Nicke saat acara Pertamina Energy Forum 2023 di Ballroom Grha Pertamina (18/12).
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Bagaimana Pertamina mengadopsi transisi energi? Pertamina mencoba mengadopsi transisi energi secara bertahap. Di satu sisi, Pertamina menjaga ketahanan energi melalui penguatan bisnis minyak dan gas. Di sisi lain, juga meningkatkan pengembangan bisnis rendah karbon untuk memenuhi target net zero emission pada 2060.
-
Apa peran gas bumi di era transisi energi? Sektor hilir migas memiliki peranan penting di era transisi ekonomi, salah satunya yang terkait dengan pengoptimalan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik.
-
Kenapa Pertamina fokus pada transisi energi? Nicke mengungkap energi adalah katalis pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya disaat yang sama, Indonesia terutama Pertamina perlu mengamankan energi sekaligus mengurangi karbon untuk mendukung target pemerintah mengenai Net Zero Emission pada 2060 mendatang.
Keduanya memenangkan tender setelah memberikan penawaran harga listrik per kWh terendah kepada PT PLN (Persero). Penawaran tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah pembangunan PLTB di Indonesia.
"Saya kira ini merupakan salah satu langkah bagus di mana perusahaan batu bara seperti Adaro sudah melakukan diversifikasi bisnis. Mereka sudah mengarah ke green energy dengan PLTB ini. Apalagi dengan harga yang termurah sepanjang sejarah," ujar Mamit seperti ditulis Antara, Kamis (17/11).
Menurut dia, proyek ini menjadi tanda bisnis perusahaan tersebut sudah mengarah ke EBT, tidak hanya batu bara. Langkah ini juga bukti nyata dukungan dalam mempercepat transisi energi guna mencapai target net zero emission pada 2060
"Jadi untuk mendukung transisi energi justru tidak lagi berbicara akuisisi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang eksisting dengan alasan untuk early retirement," tuturnya.
Transformasi Bisnis
Mamit menilai transformasi bisnis dari energi fosil menuju ke EBT harusnya dimulai oleh BUMN tambang batu bara agar menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan swasta.
Terkait langkah PT Bukit Asam (PTBA) mengakuisisi PLTU Pelabuhan Ratu, menurut dia hal itu bukanlah langkah yang tepat dalam mendukung pengembangan EBT di Indonesia.
"Ditambah kebutuhan akan batu bara akan semakin berkurang dan semua sudah mengarah ke energi bersih," katanya.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)