Garuda Indonesia merugi USD 99,1 juta di kuartal I 2017
Kerugian tersebut terjadi karena meningkatnya biaya operasi sebesar 21,1 persen, yang berdampak tergerusnya laba bersih. Selain itu kerugian ini disebabkan karena peningkatan biaya bahan bakar pesawat atau avtur dan biaya pelayanan lain.
PT Garuda Indonesia (persero) mencatat kerugian USD 99,1 juta di kuartal I 2017. Capaian ini turun 11.969 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 mencatatkan kerugian sebesar USD USD 800 ribu.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengatakan kerugian tersebut terjadi karena meningkatnya biaya operasi sebesar 21,1 persen, yang berdampak tergerusnya laba bersih. Selain itu kerugian ini disebabkan karena peningkatan biaya bahan bakar pesawat atau avtur dan biaya pelayanan lain.
"Penyebabnya kenapa? Karena memang dalam satu tahun ini peningkatan biaya khususnya fuel dan biaya lainnya termasuk service dan system reservasi," kata Pahala saat konferensi pers di Gedung Garuda, Jakarta, Jumat (28/4).
Lebih lanjut dirinya telah menyiapkan beberapa Strategi yakni fokus kepada aspek financial performance, operational excellence dan customer experience. Hal tersebut dilaksanakan dalam lima quick wins priority dengan memaksimalkan fleet cost optimization (optimalisasi biaya bahan bakar), route optimization (optimalisasi rute penerbangan), reduce cost (memangkas biaya).
"Selain itu kita juga akan sinergikan anak usaha atau enhance value from subsidiary Citilink dan enhance revenue management system (sinergikan sistem manajemen pendapatan)," ujarnya.
Kemudian sepanjang kuartal I Tahun 2017, Garuda Indonesia mencatatkan kinerja operasional yang cukup kuat, dengan capaian pertumbuhan angkutan penumpang hingga 3,4 persen, dengan pencapaian yang cukup signifikan pada sektor penerbangan internasional dengan peningkatan penumbuhan penumpang hingga 26,1 persen dibandingkan kuartal I tahun 2016.
Sementara itu sepanjang kuartal I 2017 kapasitas produksi Garuda Indonesia telah meningkat 10,9 persen menjadi 15,8 juta dari 14,3 seat per kilometer 2016. Adapun pertumbuhan seat load factor pada tahun 2017 tercatat sebesar 72,5 persen meningkat 2,7 persen dibandingkan periode yang sama 2016.