Gas bumi solusi masalah energi Indonesia
DPR menuding pemerintah tidak serius merealisasikan solusi permasalahan energi ini.
Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Satya W. Yudha, menuding pemerintah setengah hati dalam menggalakkan program gas kota. Salah satu buktinya ialah mandeknya pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di sejumlah kota di Indonesia.
"Cuma pertanyaannya adalah konsep SPBG yang ada di Jawa dan NTB dan lainnya dijalankan enggak pembangunannya. Itu yang menurut saya pemerintah kurang konsisten melaksanakan blue print itu," ujar Satya saat diskusi mingguan dihelat merdeka.com, Radio Republik Indonesia (RRI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Sewatama dan Institut Komunikasi Nasional (IKN) bertajuk 'Energi Kita' di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (5/4).
Padahal, Satya menilai program pengembangan penggunaan gas baik untuk menghemat cadangan energi di dalam negeri yang kian menipis. Selain itu, gas juga menjadi solusi masyarakat akan tingginya biaya hidup saat ini.
Satya mencontohkan, biaya bahan bakar transportasi gas bumi dibandrol Rp 4.100 per liternya. Ini jauh lebih murah dibanding harga BBM yang bisa mencapai Rp 7.300 per liternya.
"Itu jauh kan harganya. Masih merakyat. Begitu kita kasih converter kit atau masyarakat beli converter kit, namun harga gas Rp 4.100, kira-kira pindah enggak masyarakat ke gas? Pasti pindah," tandasnya.
Satya pun meminta pemerintah konsisten dalam pembangunan infrastruktur gas kota tersebut. "Tinggal sekarang gimana pemerintah menggalakkan pembangunan infrastruktur di setiap kota," ucapnya.