Impor jadi hambatan pencapaian target industri nasional
Lemahnya daya saing industri nasional membuat impor tak dapat dibendung.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memandang tahun ini ketidakpastian ekonomi global masih menjadi tantangan pertumbuhan industri domestik. Pasalnya, membanjirnya impor masih menjadi masalah yang menyelimuti pasar Indonesia.
"Terlebih di tengah kondisi transaksi berjalan sektor industri yang masih defisit disebabkan oleh impor yang cenderung meningkat berupa impor bahan baku dan barang modal untuk industri," ujar Menteri Industri, MS Hidayat saat acara 'Pengarahan Menperin pada rapat kerja Kemenperin tahun 2014' di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (6/2).
Menurutnya, tingginya impor bahan baku dan barang modal dikarenakan industri Tanah Air masih mengalami berbagai masalah akibat lemahnya daya saing.
Lemahnya daya saing disebabkan beberapa hambatan antara lain pertama, belum kuat dan terstrukturnya industri nasional. Kedua, belum optimalnya alokasi sumber daya energi dan bahan baku serta pembiayaan industri.
Ketiga, masih banyaknya ekspor komoditi primer seperti gas, batu bara, mineral logam, minyak sawit, kakao, karet, dan kulit. Keempat, belum memadainya dukungan sarana prasarana industri seperti kawasan industri, jaringan energi dan telekomunikasi, transportasi dan distribusi.
"Mulai tahun 2012 dan 2013 kelompok industri yang impornya meningkat itu seperti industri mesin, logam, otomotif, elektronika, kimia dasar dan pupuk, makanan dan minuman, tekstil, barang kimia dan pulp dan kertas," jelas dia.
Sektor industri sendiri tahun ini memiliki beberapa sasaran utama yakni pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 6,4 persen sampai 6,8 persen. Penyerapan tenaga kerja sektor industri sebanyak 400.000 orang. Meningkatnya ekspor sektor industri sebesar USD 125 miliar.
Serta, investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar USD 14 miliar dan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 50 triliun. Meningkatnya kinerja impor tentunya mengancam sasaran sektor industri ini.