INDEF: Harga pangan Lebaran turun bukan berarti mafia tidak ada
INDEF: Harga pangan Lebaran turun bukan berarti mafia tidak ada. Namun, kebijakan Kementerian Perdagangan mengendalikan pasokan komoditas pokok saat Ramadan dinilai menyempitkan ruang bagi spekulan. Sejumlah harga komoditas pokok yang biasanya menjulang pada tahun ini dapat dijaga relatif stabil.
Kebijakan Kementerian Perdagangan mengendalikan pasokan komoditas pokok saat Ramadan dinilai menyempitkan ruang bagi spekulan. Sejumlah harga komoditas pokok yang biasanya menjulang akibat kenaikan permintaan menjelang Lebaran, pada tahun ini dapat dijaga relatif stabil.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Imaduddin Abdullah, mengatakan biasanya menjelang puasa dan Lebaran permintaan pasti naik. Tiga faktor penyebab ialah aksi borong konsumen dan ada penimbunan.
"Selain itu, masalah rantai distribusi yang panjang juga mempengaruhi suplai sehingga akan mempengaruhi harga juga," ujar Imaduddin di Jakarta, Kamis (15/6).
Penyelesaian permasalahan spekulan atau yang biasa disebut mafia pangan ini seolah menjadi agenda hisap jempol pemerintah semata. Harga daging sapi misalnya, pada tahun lalu pemerintah dikritik lantaran rakyat baru bisa menikmati daging dengan menukar uang kisaran Rp 130.000–Rp 150.000 untuk satu kilonya.
"Tentu, fenomena anomali, dengan harga yang cenderung turun Lebaran tahun ini bukan berarti mafia pangan atau para spekulan sudah tidak ada lagi. Pasti ada saja yang ingin meraup untung sebesar-besarnya dengan segala cara," kata Imanuddin.
Namun, menurut Imaduddin, pemerintah rupanya berhasil mengelabui mafia pangan dengan menjaga suplai pasukan bahan pokok, melakukan pengawasan, dan menegakan hukum dengan baik. Ketika suplai terus ditingkatkan, penimbun ini tidak punya senjata lagi.
Sisi lain yang memperkuat pengawalan harga bahan pokok tahun ini adalah kerja sama pemerintah pusat dan daerah yang baik. Kebijakan kerja sama pemerintah pusat khususnya Kemendag dengan pemerintah daerah dalam hal menjaga stabilitas harga pangan dinilai baik.
Bahkan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku stres karena harga daging ayam dan telur cepat turun. Permintaan yang tinggi ternyata diikuti pula dengan jumlah pasokan yang meningkat.
Ayam yang belum afkir sudah terlanjur dipotong, sementara ayam petelur terus bertelur. Alhasil kelebihan pasokan mengakibatkan harga turun.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa yang terjadi dengan harga kambing kurban di Bandung menjelang Iduladha? Untuk harga sendiri, terjadi kenaikan di wilayah Kabupaten Bandung, berkisar Rp300-Rp500 ribu per ekornya. Kini seekor kambing dijual mulai dari Rp2.500.000 sampai Rp6.500.000.
-
Kenapa harga kambing kurban di Bandung naik menjelang Iduladha? Kenaikan ini terjadi seiring meningkatnya permintaan pasar. Didin mengaku penjualan online cukup membantu dirinya dalam menjalankan usaha.
-
Kapan promo Lazada Ramadan Sale berakhir? Makanya, jangan sampai melewatkannya, karena penawaran menarik ini hanya akan berlangsung sampai akhir bulan ini saja!
-
Apa yang meningkat di Pasar Tanah Abang menjelang Ramadan? Menjelang Ramadan, aktivitas jual beli di Pasar Tanah Abang mulai mengalami peningkatan.
Baca juga:
Jelang Lebaran, harga daging ayam naik 50 persen
Jelang Lebaran, harga cabai dan bawang putih kembali naik
Kemendag jamin pasokan bahan pokok ke pasar tradisional lancar
Pasar Kramat Jati terbakar, pemerintah siapkan lapak sementara
Pemerintah Jokowi punya aplikasi pantau harga pangan
Mendag sebut harga gula dan minyak goreng aman terkendali
Makin digemari, konsumsi daging sapi beku diprediksi naik 200 persen