Ini alasan Indonesia belum punya pembangkit listrik tenaga nuklir
Indonesia belum berminat untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), sebab Biaya Pokok Produksi (BPP) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih tinggi. Sementara pemerintah saat ini sedang berupaya membuat tarif listrik semakin terjangkau.
Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengakui, ada ajakan untuk Indonesia menggunakan nuklir sebagai sumber energi pembangkit untuk menghasilkan listrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Namun, ajakan tersebut tidak langsung diterima sebab Biaya Pokok Produksi (BPP) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih tinggi. Sementara pemerintah saat ini sedang berupaya membuat tarif listrik semakin terjangkau.
-
Apa yang dimaksud dengan energi listrik? Energi listrik adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh pergerakan partikel bermuatan, khususnya elektron, melalui suatu penghantar atau rangkaian tertutup.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Apa yang menjadi pemicu semangat Jakarta Electric PLN untuk bangkit? Ketertinggalan menjadi sesuatu yang memacu semangat. Hal inilah yang berhasil dibuktikan oleh Jakarta Electric PLN yang berhasil comeback atas Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia.
-
Di mana energi listrik disimpan? Accu = yaitu alat yang menyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia.
-
Apa itu motor listrik? Motor listrik, yang sering disebut sebagai "molis", adalah jenis kendaraan bermotor yang menggunakan energi listrik untuk menggerakkan komponennya.
-
Kapan Kota Solo resmi dialiri listrik? Pada 12 Maret 1901, Kota Solo resmi dialiri listrik.
Dari data di lapangan rata-rata harga listrik dari PLTN mencapai USD 14 sen per kilo Watt hour (kWh), jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sekitar USD 6 hingga USD 7 sen per kWh.
"Sebagian mungkin salah persepsi nuklir bisa di USD 6-7 sen per kWh, tidak. Nuklir powerplan itu bisa USD 14 sen per kWH. Ini data di lapangan," kata Arcandra, dalam sebuah diskusi, di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta, Kamis (19/4).
Selain terbentur harga listrik yang lebih mahal, pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi listrik, dengan membangun PLTN masih menghadapi tantangan. "Coba lihat mana yang lebih murah nuklir atau EBT. Belum lagi kita punya challenges di nuklirnya," imbuhnya.
Untuk itu, pemerintah menerapkan kebijakan harga jual listrik dari pembangkit EBT agar harga listrik semakin kompetitif. Yaitu 85 persen dari rata-rata BPP listrik nasional, untuk jenis Pembangkit Listrik Tanaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa (PLTBm), Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air laut.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Punya potensi besar, pemanfaatan air untuk listrik RI masih rendah
Menyusuri penampungan limbah nuklir bawah tanah di Prancis
Menteri Jonan targetkan 175.000 rumah pakai lampu tenaga surya di 2018
ESDM ajak Norwegia investasi kembangkan EBT di Indonesia
GAPKI gandeng Lion Air kembangkan bahan bakar pesawat dari minyak sawit