Isi BBM di SPBU akan dicatat nama, nopol mobil dan transaksi
Data konsumen mulai dari nama, alamat, hingga nomor kendaraan, akan tercatat melalui RFID yang terpasang di kendaraan.
Pemerintah sudah mengakui bahwa pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dengan cara imbauan ke masyarakat, telah terbukti tidak efektif. Berangkat dari kondisi tersebut, pemerintah kembali menggulirkan wacana penggunaan sistem teknologi informasi untuk mengendalikan konsumsi BBM.
PT Pertamina (Persero) tengah sibuk menyiapkan penerapan RFID. Penggunaan RFID dalam pengendalian konsumsi BBM, sejatinya bukan hal baru. Pemerintah pernah mewacanakan ini pada 2010 lalu. Namun hingga saat ini tak kunjung terlaksana.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Bagaimana Pertamina akan meningkatkan kualitas BBM Pertalite? Pertamina akan mengeluarkan Pertamax Green 92, dengan mencampur Pertalite dgn Ethanol 7 persen.
-
Bagaimana Pertamina memastikan stok BBM aman selama mudik? VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso juga menyampaikan bahwa walau terjadi peningkatan konsumsi BBM menjelang hari lebaran, namun dipastikan bahwa stok BBM dalam kondisi aman. Stok per 5 April 2024 yakni Pertalite 20 hari, Pertamax 40 hari, Turbo 63 hari, LPG 15 hari dan Avtur 38 hari. “Ketahanan stok BBM masih diatas 20 hari dan LPG 15 hari, sehingga stok dipastikan mencukupi untuk kebutuhan masyarakat selama periode mudik” pungkas Fadjar.**
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Di mana Pertamina Patra Niaga akan memindahkan fasilitas penerimaan BBM dan Avtur? Adapun dalam kerjasama ini, Pelindo sebagai pengembang kawasan Benoa akan menyediakan lahan, alur pelayaran, fasilitas dermaga, fasilitas oil transfer equipment, fasilitas HSSE, serta Lindung Lingkungan Perairan untuk digunakan Pertamina Patra Niaga dalam kegiatan penerimaan BBM dan Avtur melalui dermaga di Benoa Utara.
RFID merupakan teknologi yang menggunakan gelombang radio untuk secara otomatis mengidentifikasi benda. Salah satunya dengan cara menyimpan nomor seri. RFID ini nantinya bakal dipasang di semua kendaraan roda empat pribadi. Dengan RFID, pengisian BBM akan terekam dan dapat diteruskan ke komputer.
Kita akan melihat bagaimana RFID bekerja sekaligus sistem pengendalian dan monitoring yang akan dijalankan Pertamina. Dalam dokumen presentasi Pertamina, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya menjelaskan, setiap transaksi pengisian BBM di SPBU akan terekam melalui RFID yang terpasang di kendaraan roda empat. Yang akan dicatat mulai dari nilai transaksi saat pengisian BBM, lokasi SPBU, hingga data konsumen.
Identitas pelanggan sudah dimasukkan saat pemasangan RFID. "Data transaksi pelanggan yang terdiri dari identitas kendaraan pelanggan (Nopol), identitas pelanggan (nama dan alamat), perilaku pembelian pelanggan (volume, waktu, frekuensi pembelian, lokasi SPBU) dan lain-lain," papar Hanung dalam dokumen yang dikutip merdeka.com, Senin (8/4).
Dengan sistem komputerisasi, data yang terekam adalah data real time. Alurnya, saat mengisi BBM di SPBU, petugas memasukkan data pembeli atau konsumen melalui sistem komputerisasi. Data tersebut akan terkirim ke pusat pengendalian secara sistem yang kemudian mengaktifkan RFID reader.
Ketika memulai pengisian, noozle secara otomatis membaca data yang sudah terekam dalam RFID. Mulai dari nopol kendaraan hingga volume atau kuota yang sudah terpakai. Setelah selesai pengisian, petugas memberikan struk pembelian yang mencatat data sisa kuota konsumsi BBM dalam sehari.
"Pada fase monitoring ini sudah bisa dilakukan pengendalian BBM subsidi secara terbatas," katanya.
(mdk/noe)