Jokowi: Di Afrika, Ada Lulusan S2 Tapi Jadi Tukang Sapu Jalan
Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030. Pada saat itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut 68,3 persen dari total penduduk Indonesia berada di usia produktif. Momentum ini pun hanya akan dialami sebuah negara satu kali saja.
Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030. Pada saat itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut 68,3 persen dari total penduduk Indonesia berada di usia produktif. Momentum ini pun hanya akan dialami sebuah negara satu kali saja.
"68,3 persen total penduduk Indonesia berusia produktif dan ini hanya sekali dalam peradaban sebuah negara. Hanya sekali dalam peradaban sebuah negara," kata dia Jokowi dalam acara Indonesia Emas 2045 di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (15/6).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Bagaimana Jokowi mengekspresikan kemarahan saat membahas resesi dan krisis di Sidang Parlemen 2021? Di kesempatan sama, Jokowi juga mengekspresikan kemarahan sambil kepalkan tangan
-
Kapan Jokowi terlihat sedih saat membahas resesi dan krisis? Presiden Jokowi memperlihatkan ekspresi kesedihan saat berbicara resesi dan krisis di Sidang Parlemen tahun 2021
-
Kenapa Presiden Sukarno merasa kesulitan keuangan? "Adakah seorang kepala negara lain yang melarat seperti aku hingga sering meminjam uang dari ajudan?' kata Sukarno. "Dalam hal keuangan aku tidak mencapai banyak kemajuan sejak zaman Bandung," tambahnya.
-
Kapan Pasar Jongke diresmikan oleh Presiden Jokowi? Pada Sabtu (27/7), Presiden Jokowi meresmikan Pasar Jongke yang berada di Laweyan, Kota Surakarta.
-
Apa isi dari gugatan terhadap Presiden Jokowi? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
Jokowi mengatakan, puncak bonus demografi bisa menjadi peluang sekaligus bencana jika tidak bisa dikelola negara dengan baik. Dia mencontohkan negara-negara di Afrika yang tahun 2015 mengalami puncak demografi namun gagal mengelolanya.
"Di sebuah negara Afrika 2015 mendapatkan bonus demokrasi, lalu dalam 7 tahun pengangguran melonjak 33,6 persen," kata Jokowi.
Saking sulitnya lapangan kerja, ada lulusan S2 di negara Afrika yang bekerja sebagai tukang sapu. Padahal dengan tingkat pendidikan yang tersebut seharusnya bisa menjadi guru atau pengajar.
"Saya baca berita di negara lain saking sulitnya cari kerja, lulusan S2 harusnya bisa jadi guru saat ini menjadi tukang sapu," kata dia.
Siapkan Visi, Misi hingga Strategi Takstis
Untuk itu, Jokowi tak ingin hal serupa terjadi di Indonesia. Makanya, bonus demografi harus dimanfaatkan dengan optimal agar Indonesia bisa menjadi negara maju di tahun 2045.
"Dan kita tidak ingin terjadi seperti itu makanya harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini. Kita harus punya perencanaan taktis. Visinya juga taktis," kata dia.
Lebih lanjut Kepala Negara ini meminta para menterinya untuk menyiapkan visi, misi hingga strategi yang taktis. Mengingat dalam waktu bersamaan Indonesia juga berkompetisi dengan negara lain.
Makanya, dia meminta Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappernas) dan para menteri untuk membuat Rancangan Pembanguan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2045 harus lebih taktis dan detail. Tidak boleh lagi menggunakan istilah normatif hingga absurd.
"Tidak bisa lagi kita kaya dulu-dulu pakai istilah absurd. Pengembangan, penguatan, apa itu,? Pemberdayaan. Apanya? Harus taktis. Untuk membawa Indonesia menggapai Indonesia Emas 2045, rencana taktis, strategi taktis dan berani mengeksekusi," pungkasnya.
(mdk/azz)