Kata Psikolog, Banyak Orang Isi Waktu Luang Buka Aplikasi Belanja Online Tapi Enggak Beli
Kebiasaan ini ternyata dianggap normal dari sudut pandang psikologi.
Kebiasaan ini ternyata dianggap normal dari sudut pandang psikologi.
Kata Psikolog, Banyak Orang Isi Waktu Luang Buka Aplikasi Belanja Online Tapi Tidak Beli
Kata Psikolog, Banyak Orang Isi Waktu Luang Buka Aplikasi Belanja Online Tapi Tidak Beli
Ketika memiliki banyak waktu luang, Anda mungkin menggunakannya untuk membuka situs belanja online.
Meskipun pada akhirnya tidak membeli apapun tapi biasanya akan memasukkan barang ke keranjang belanja hingga penuh.
Tapi tahukah Anda, kebiasaan ini ternyata dianggap normal dari sudut pandang psikologi.
- Makna dari Warna Biru dalam Psikologi, Berikut Penjelasannya
- Ibu di Garut Tuduh Sejumlah Siswa SMP Cabuli Putrinya, Pelaku Ternyata Suami Sendiri
- Prabowo Belakangi Cermin saat Acara Bacapres Bicara Gagasan di UGM, Ini Penjelasan dari Sisi Psikologi
- 9 Perubahan Raut Wajah Orang yang Berbohong Menurut Psikolog Pakar Mikroekspresi
Dilansir dari Shutterstock, Psikolog dari Cleveland Clinic Lerner College of Medicine Scott Bea mengatakan belanja bisa memberikan sensasi yang terapeutik karena bisa memicu dorongan psikologis dan emosional.
Selain itu, ketika membeli barang baru, tubuh manusia akan mengeluarkan hormon dopamin yang bisa memicu rasa senang.
Namun, Scott juga mengingatkan pengguna dapat lebih berhati-hati ketika berbelanja agar tidak menimbulkan masalah di masa mendatang.
Seperti sulit menahan keinginan untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan.
Apalagi kalau bisa membuat pengeluaran belanja yang besar dan dapat mengganggu kebutuhan pokok.
Bicara tentang kebiasaan berbelanja, menurut laporan dari firma riset We Are Social, sebanyak 178,9 juta warga Indonesia senang berbelanja secara online.
Bahkan, pengeluaran untuk berbelanja online warga Indonesia diperkirakan mencapai USD55,97 miliar atau setara dengan Rp853 triliun.
Dari jumlah tersebut, sebanyak USD13,37 miliar atau sekitar Rp206,56 triliun dihabiskan untuk membeli barang elektronik.
Kemudian disusul oleh mainan atau barang yang berkaitan dengan hobi senilai USD10,45 miliar atau setara dengan Rp161,45 triliun.
Sisanya diikuti oleh fesyen, furnitur, produk kecantikan, makanan, hiburan, dan minuman.
Dalam laporan tersebut, We Are Social juga menyebutkan mayoritas masyarakat Indonesia lebih senang berbelanja online daripada berbelanja secara langsung.
Sebanyak 54,9 persen mengatakan lebih senang berbelanja online karena bebas biaya kirim.
Kemudian 52,3 persen mengatakan lebih mudah mendapatkan diskon. Lalu sebanyak 52 persen mengatakan bisa melihat penilaian dari pelanggan lain.
Sedangkan 45 persen lainnya mengatakan proses check out yang mudah dan cepat.