9 Perubahan Raut Wajah Orang yang Berbohong Menurut Psikolog Pakar Mikroekspresi
Ilmu mikroekspresi mengatakan kalau lidah bisa berbohong, tapi wajahmu tidak.
10 Perubahan Raut Wajah Orang yang Berbohong Menurut Psikolog Pakar Mikroekspresi
"Lidah bisa berbohong, tapi wajahmu tidak." Itulah salah satu poin dari mikroekspresi, cabang ilmu yang mempelajari kondisi psikologis seseorang berdasar ekspresi wajahnya. Mikroekspresi dipopulerkan oleh Dr. Paul Ekman, profesor psikologi di University of California San Francisco (UCSF) Medical School. Menurut Elkman, kondisi emosional seseorang bisa terlihat dari raut wajahnya. Begitu pula saat seseorang sedang berbohong. Ada pesan fasial yang diproyeksikan oleh wajah seseorang saat mulutnya berdusta.
Mengenal Mikroekspresi
Mikroekspresi adalah ekspresi yang terlihat pada wajah seseorang kurang dari 25 detik.
-
Bagaimana pembohong patologis berbohong? Pathological liar seringkali membuat kebohongan yang rumit dan mendetail. Mereka mungkin menambahkan banyak detail dan elaborasi dalam cerita mereka untuk membuatnya terlihat lebih meyakinkan.
-
Mengapa pembohong patologis berbohong? Mereka mungkin tidak mendapatkan keuntungan langsung dari kebohongan mereka.
-
Gimana orang berbohong menunjukkan ketidaknyamanan? Sering mengubah posisi kaki saat berbicara bisa saja menunjukkan kalau orang itu sedang berbohong. Posisi kaki yang berubah-ubah merupakan tanda kalau orang tersebut merasa tidak nyaman. Ia tidak merasa aman dalam situasi yang sedang dihadapi. Gestur tubuhnya menandakan ia ingin segera meninggalkan tempat atau mengakhiri interaksi.
-
Bagaimana cara mendeteksi kebohongan melalui body language? Penelitian menunjukkan bahwa bahasa tubuh sering kali menjadi indikator kebohongan. Ekspresi wajah, gerakan tangan, dan postur tubuh yang tidak konsisten dengan kata-kata bisa menjadi petunjuk bahwa seseorang sedang tidak jujur. Menurut penelitian oleh Ekman dan Friesen (1971), yang terkenal dengan konsep 'micro-expressions' (ekspresi mikro), kebohongan sering kali melibatkan kontradiksi antara bahasa verbal dan nonverbal.
-
Bagaimana bentuk wajah mempengaruhi persepsi? 'Orang-orang yang dianggap memiliki status sosial tinggi atau rendah juga sering dinilai memiliki sifat-sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Penilaian seperti ini terbentuk bahkan hanya dari penampilan wajah, dan hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang besar, termasuk merugikan mereka yang dianggap berasal dari kelas sosial yang lebih rendah,' kata penulis studi Thora Bjornsdottir.
-
Bagaimana ciri wajah bisa membentuk persepsi? Peneliti menekankan penampilan memang berpengaruh pada penilaian orang terhadap individu. Namun, penilaian tersebut bisa menimbulkan persepsi yang salah dan merugikan orang lain.
Secara garis besar, mikroekspresi mengungkapkan tujuh emosi universal, yaitu ekspresi merendahkan, sedih, marah takut, senang, terkejut, dan jijik. Menurutnya, mikro-ekspresi adalah ekspresi yang muncul dari seseorang yang menahan kebenaran sehingga menimbulkan reaksi pada otot-otot wajahnya. Otot-otot tersebut bergerak secara tidak sadar sebagai akibat dari kebohongan yang dilakukannya. Dr. Elkman dan para psikolog lainnya juga mempelajari reaksi yang muncul saat seseorang sedang berbohong. Berikut ini penjelasannya yang diambil dari buku Super Handbook for Perfect Lie Detector in Relationship.
1. Menundukkan Pandangan
Ketika Anda sedang mengajak bicara tentang suatu masalah dan ia tiba-tiba menundukkan pandangan, mungkin ia sedang menyembunyikan informasi tertentu.
Gerakan menundukkan pandangan efektif untuk mendeteksi ketidakjujuran pada orang yang jarang berbohong. Menatap langsung lawan bicara saat berbohong adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Walaupun begitu, ini tidak berlaku untuk seorang pembohong profesional yang sudah terlatih untuk mengatur setiap ekspresi dan gerak-geriknya.
2. Menelan Ludah sebelum Menjawab Pertanyaan
Menelan ludah adalah proses untuk membuat tenggorokan tetap basah dan lembap. Semua orang melakukannya secara tertur.
Namun, jika lawan bicara Anda menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan, ini merupakan pertanda ia sedang berbohong. Umumnya orang menelan ludah setelah menjawab pertanyaan atau setelah berbicara, bukan sebelum bicara. Gerakan menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan bisa jadi disebabkan oleh lonjakan kecemasan setelah pertanyaan dilontarkan. Akibatnya adalah mulut dan tenggorokan yang terasa kering mendadak.
3. Berdehem dan Batuk-Batuk Kecil
Selain menelan ludah, seseorang yang merasa gugup atau cemas karena berbohong juga sering berdehem dan batuk-batuk kecil.
Batuk merupakan proses mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan akibat adanya lendir, makanan, debu, atau asap. Saat seseorang sedang berbohong, batuk akan digunakannya untuk "mengambil waktu" atau "mengambil jeda" antara pertanyaan yang diutarakan kepadanya dan jawaban yang harus ia ungkapkan. Sebenarnya jeda waktu saat ia sedang batuk itu adalah jeda waktu yang dipakainya untuk berpikir. Sebab, berbohong menyebabkan otak bekerja lebih keras.
4. Menjawab "Tidak", tapi Mengangguk atau Sebaliknya
Ini adalah bentuk diskoneksi verbal dan nonverbal dalam komunikasi.
Salah satu pesan kinesik yang diisyaratkan fisik pelaku kebohongan adalah ketidaksesuaian antara ucapan dan tindakan. Para peneliti menyebutnya diskoneksi verbal dan nonverbal. Secara alami, pergerakan (motorik) manusia dikendalikan otak, baik pergerakan verbal melalui mulut atau pergerakan nonverbal seperti gerakan tangan, kepala, dan kaki. Saat otak mengalami tekanan atau berpikir lebih, akan terjadi suatu ketidaksesuaian antara perilaku verbal dan nonverbal.
Otak orang yang berbohong berusaha lebih keras dibandingkan orang yang jujur sehingga diskoneksi verbal dan nonverbal ini kerap terjadi. Diskoneksi verbal dan nonverbal juga bisa ditunjukkan oleh orang yang sedang kelelahan. Jadi, Anda harus memperhatikan kondisi fisik lawan bicara terlebih dahulu. Jika ia tak terlihat kelelahan atau kurang tidur, makin kuat indikasi ia sedang berbohong.
5. Melirik ke Kanan saat Menjawab
Gerakan mata dapat menunjukkan kondisi psikologi seseorang, termasuk seseorang yang sedang berbohong.
Gerakan tubuh bersilangan dengan fungsi otak. Pergerakan motorik pada bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan otak kiri, sedangkan bagian tubuh sebelah kiri dikendalikan otak kanan, termasuk gerakan bola mata. Polisi sering meminta tersangka menggambarkan orang lain secara rinci. Jika tersangka melihat ke sebelah kanan mereka (kiri dari sisi penanya), mereka umumnya membangun deskripsi visual alias mengarang cerita. Jika mereka melihat ke kiri mereka (kanan dari sisi penanya), mereka umumnya mengingat detail dari memori visual mereka. Pembohong tidak dapat menyembunyikan hal ini, meskipun sudah berlatih keras.
6. Berkedip Terlalu Sering
Saat berbohong, otak bekerja lebih keras dan membuat seseorang gelisah. Mata jadi lebih kering sehingga frekuensi kedipan meningkat drastis.
Mata manusia akan berkedip untuk meratakan air mata dan kandungan oksigen di dalamnya ke seluruh permukaan kornea. Frekuensi berkedipnya mata setiap manusia bervariasi, namun secara garis besar, mata manusia berkedip sekitar 8-15 kali per menit. Jika lawan bicara berkedip dengan frekuensi terlalu sering saat menjawab pertanyaan, kemungkinan besar ia sedang menyembunyikan sesuatu.
7. Wajah Tegang dan Pucat
Berbohong akan meningkatkan adrenalin, sama seperti saat seseorang berhadapan dengan sesuatu yang menakutkan. Akibatnya otot wajah jadi kaku dan ronanya pucat.
8. Berkeringat Dingin
Wajah dan telapak tangan berkeringat juga bisa menandakan seseorang sedang berbohong.
9. Sering Menjilat Bibir
Bibir jadi kering dan terasa gatal sehingga ia sering membasahinya dengan lidahnya.
Saat seseorang berbohong, bukan cuma tenggorokan yang terasa kering. Bibir jadi kering dan terasa sedikit gatal. Dorongan untuk menjilat bibir jadi lebih kuat. Itulah beberapa perubahan raut wajah yang terlihat dari seseorang saat sedang berbohong.