Kereta listrik bekas buat penumpang Jakarta
PT KAI harus menaikkan tarif agar biaya operasional dan perawatan bisa dipenuhi.
Masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang, pastinya sudah tak asing lagi dengan layanan kereta api listrik. Kereta menjadi alternatif pilihan untuk pulang dan pergi ke pusat perkantoran di Jakarta ditengah kemacetan ibu kota. Padahal, cikal bakal kereta komuter berasal dari hibah 72 unit kereta rel listrik .
Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 unit gerbong bisa langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta - Bogor, pulang pergi. Kini, PT KAI commuter telah melakukan 565 perjalanan per hari. Namun, tetap saja, jumlah penumpang melebihi kapasitas dan masih dijumpai penumpang yang naik di atas kereta. Dan hampir semua kereta listrik yang digunakan adalah kereta bekas.
Dengan keterbatasan dana dan bukan lagi Badan Usaha Milik Negara, tapi hanya anak perusahaan PT KAI, membuat PT KAI commuter, hanya mengandalkan pendapatan dari penumpang dan sudah tidak adanya dana sumbangan dari pemerintah lewat program publik service obligation (PSO). September ini, PT KAI commuter akan kedatangan 60 kereta bekas sehingga akan membuat ongkos perawatan juga naik.
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyatakan saat ini, rata rata biaya operasional PT KAI Komuter, Rp 7000 sekali jalan. Hal ini membuat PT KAI commuter harus menaikkan harga tiket. "Itu baru untuk operasional saja. Belum lagi untuk perawatan mereka dan gaji pegawai," katanya.
Dia mengatakan pembelian kereta bekas, bukan tampa alasan. PT KAI harus merogoh kocek lebih dalam jika membeli barang baru. Kereta bekas saat ini paling realistis di beli PT KAI commuter untuk menambah perjalanan dan kapasitas penumpang. Paling tidak, harga kereta bekas Rp 1 miliar sedangkan kalau baru harganya 15 miliar. "Tugas pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan biar kemampuan masyarakat naik," katanya.
Anggota Komisi BUMN DPR, Ferrari Roemawi menilai langkah PT KAI, memesan kereta bekas adalah hal yang wajar. Hal ini karena keterdesakan kebutuhan untuk menambah penumpang yang bisa diangkut. "Tidak apa-apa beli kereta bekas, asal kita bisa gunakan maksimal, bisa bekerja dengan baik kereta nya. Karena biaya atau ongkos belum nambah nambah," ujarnya pada merdeka.com, Minggu (23/9).
DPR menilai saat ini layanan kereta api komuter sudah cukup memuaskan dan ada peningkatan. Jika akhirnya harus menaikkan harga tiket merupakan hal yang biasa."Wajarlah Rp 2000 naik. Saya rasa juga tidak begitu memberatkan," katanya.
Sampai berita ini tayang, PT KAI dan KAI commuter belum memberikan tanggapan atas rencana pembelian kereta bekas tersebut. Dihubungi lewat telepon, pejabat PT KAI tidak merespon panggilan merdeka.com
(mdk/arr)