Kerja sama Pertamina dan Rosneft perbaiki iklim investasi RI
Kerja sama ini juga mengamankan pasokan minyak ke kilang dalam negeri.
Keberhasilan PT Pertamina (Persero) menggandeng dua perusahaan raksasa minyak dunia, Saudi Aramco dan Rosneft dalam pengembangan Kilang Cilacap, Jawa Tengah dan pembangunan Kilang Tuban, Jawa Timur akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap iklim investasi di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani, mengatakan kerja sama Pertamina dengan Saudi Aramco dan Rosneft menunjukkan Indonesia mampu membalikkan persepsi investor terkait kondisi atau iklim investasi.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Apa saja penghargaan yang diterima Pertamina? Dua kategori penghargaan yang berhasil diraih Pertamina adalah Kategori Mitra dengan Inovasi Terbanyak dan Kategori Mitra dengan Komitmen Pendanaan Terbanyak.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Bagaimana Pertamina berinovasi untuk meraih penghargaan ini? “Ekosistem inovasi yang terbentuk menjadi komitmen Pertamina dalam membangun sinergi Pentahelix bersama pemerintah, akademisi, badan usaha, masyarakat dan media,” ujar Oki Muraza, Senior Vice President Research and Technology Innovation PT Pertamina (Persero) yang mewakili perusahaan menerima penghargaan tersebut.
-
Bagaimana Pertamina ingin membangun energi berkelanjutan? Dalam mewujudkan NZE 2060, imbuh Nicke, strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana kita membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia, suplainya harus ada dan kemudian kita memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik.
"Track record kita kan tidak sedikit tercoreng akibat ulah para oknum yang tidak bertanggung jawab di pemerintahan," ujar Hariyadi di Jakarta, Kamis (26/5).
Hariyadi menambahkan kerja sama tiga perusahaan minyak dunia ini merupakan bentuk kerja sama yang bagus. Kerja sama tersebut akan meningkatkan (upgrading) peralatan dan teknologi kilang minyak nasional.
"Kilang kita sudah perlu dilakukan upgrading. Itu yang tidak dilakukan 10 tahun terakhir," kata dia.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto, menilai kerja sama yang dilakukan Pertamina dengan Rosneft serta Saudi Aramco merupakan hal positif. Tidak hanya akan membantu dalam meringankan pendanaan, tapi juga menjamin pasokan minyak mentah kebutuhan kilang.
"Modal jadi ringan dan bahan baku crude mereka yang menyediakan. Kalau kilangnya sudah jadi sangat mengurangi biaya untuk impor BBM," kata Djoko.
Pemerintah telah menunjuk Rosneft, perusahaan minyak asal Rusia untuk menjadi mitra Pertamina membangun kilang minyak berkapasitas 320.000 barel per hari di Tuban, Jawa Timur, dengan total investasi sebesar USD 13 miliar. Selain bekerja sama untuk dapat membangun kilang minyak di Tuban, Rosneft juga berkomitmen agar Pertamina dapat berperan serta dalam penambangan minyak di Rusia untuk kemudian dibawa ke Indonesia sebagai cadangan minyak nasional.
Selain itu, Pertamina juga menjalin kerja sama dengan Saudi Aramco untuk mengembangkan Kilang Cilacap dengan nilai investasi USD 5 miliar. Pengembangan kilang Cilacap merupakan bagian dari refinery development masterplan program (RDMP) lima kilang utama, yakni Kilang Plaju, Dumai, Cilacap, Balikpapan serta kilang Balongan. Pertamina melalui RDMP menargetkan kapasitas kilang pengolahan minyak meningkat menjadi 1.610.000 barel per hari (bph) pada 2025.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahean, mengatakan dengan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) sekitar 47 juta kiloliter (KL) setiap tahunnya atau sekitar 1,6 juta barel perhari, maka tidak heran Indonesia harus mengimpor BBM dan minyak mentah untuk kebutuhan publik setiap harinya.
Produksi siap jual (lifting) minyak yang terus menurun hingga sekarang berkisar di angka 800.000 barel per hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, belum lagi dari 800.000 barel itu setengahnya adalah milik operator sehingga praktis pemerintah sangat defisit antara produksi dan kebutuhan.
Menurut Ferdinand, kapasitas produksi kilang minyak nasional saat ini hanya berkisar 700.000 hingga 800.000 barel perhari, dan untuk menutupi kebutuhan nasional maka harus ditutup dengan melakukan impor yang cukup besar. Rata-rata sekitar 50 persen kebutuhan minyak dalam negeri diimpor baik dalam bentuk minyak mentah maupun dalam bentuk produk.
"Angka yang sangat fantastis kita keluarkan setiap tahun untuk impor, ratusan triliun Rupiah kita gelontorkan setiap tahun untuk impor kebutuhan minyak nasional," pungkas dia.
Baca juga:
Menteri Rini: Kilang minyak Tuban akan dibangun perusahaan Rusia
Bangun kilang Tuban, Pertamina resmi gandeng Rosneft dari Rusia
Anak usaha Pertamina resmi kelola Blok East Ambalat
Pertamina bakal bangun rumah sakit di Arab Saudi
Pertamina targetkan konstruksi Kilang Cilacap selesai Oktober 2018
DEN nilai tujuan pembentukan holding BUMN energi tidak tepat