Krisis ekonomi parah, Presiden Brasil potong gaji & kurangi menteri
Dilma Rousseff memangkas 10 persen gajinya.
Presiden Brasil, Dilma Rousseff mengumumkan akan memotong gajinya sendiri sebesar 10 persen. Hal ini dilakukan dalam rangka penghematan anggaran di tengah krisis ekonomi yang melanda Brasil. Selain itu, dia juga akan memangkas gaji wakil presiden dan jumlah menteri di kabinetnya.
Rousseffmemangkas jumlah menteri dalam kabinetnya juga dalam rangka penghematan anggaran. Jumlah menteri akan dikurangi menjadi 31 dari sebelumnya berjumlah 39 orang.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
-
Apa yang menjadi masalah utama yang dihadapi warga Jakarta saat ini? Belakangan ini, kualitas udara Jakarta jadi sorotan masyarakat.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Dilansir dari CNBC, keputusan ini diharapkanRousseffbisa mengembalikan kepercayaan rakyatnyasetelah salah satu partai koalisinya, yaitu Partai Buruh terlibat dalam skandal suap dengan Petrobras, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Brasil yang bergerak di industri minyak.
Namun demikian, para ekonom menilai, kebijakanRousseffdalam memotong gaji ini hanya berimbas simbolis saja tanpa banyak membantu penghematan anggaran negara. Sebab, defisit anggaran Brasil sudah membengkak di tengah krisis ekonomi parah.
Setelah dipotong,Rousseffhanya akan menerima gaji USD 90.000 atau sekitar Rp 1,3 miliar setahun.Pemangkasan gaji juga dilakukan oleh para presiden di negara sekitar, seperti Presiden Bolivia Evo Morales yang memangkas setengah gajinya setelah menjabat di 2006.
Diberitakan sebelumnya, ratusan ribu demonstran memenuhi jalan-jalan protokol di Brasil, pada Minggu 12 April 2015, demi mendesak penurunan Presiden Dilma Rousseff. Aksi ini dipicu kemarahan warga sipil Brasil atas kasus korupsi di dalam tubuh partai presiden perempuan pertama Brasil itu.
Para demonstran meneriakkan "Turunkan Dilma dan Saatnya perubahan", seperti dilansir Channel News Asia, Senin (13/4).
Pihak kepolisian memperkirakan jumlah demonstran terbesar mencapai 275 ribu di Sao Paulo. Pengunjuk rasa mengenakan baju hijau dan kuning sebagai lambang nasionalisme bendera Negeri Samba. Ribuan massa pun menyanyikan lagu-lagu protes seperti saat menolak rezim kediktatoran pada era 1980-an.
Para demonstran memprotes penuntutan pengusutan kasus korupsi jutaan dolar di perusahaan minyak Petrobras, di mana mereka yang terlibat di dalam kasus itu sebagian besar adalah kader partai Roussef.
Rousseff adalah Komisaris Utama Petrobras, namun sampai sekarang belum banyak bukti yang mengarah pada keterlibatannya. Para pendukung Roussef menilai bahwa dirinya hanya sekedar kambing hitam.
"Rousseff telah membela hak Brasil dan berjanji menuntaskan kasus korupsi di Petrobras dan membantah dugaan keterlibatannya," ungkap seorang relawan Pro-Rousseff.
Namun, para pengunjuk rasa lebih memilih Rousseff mundur dari jabatannya karena tuduhan keterlibatan dalam kasus Petrobras.
Aksi ini digelar di 100 kota serempak di seantero Brasil. Lembaga survei Datafolha menyatakan sepertiga rakyat Brasil mendukung aksi pengusutan kasus Petrobras dalam jajak pendapat Sabtu pekan lalu.
"Yang terbaik bagi dia adalah mengundurkan diri agar negara ini tidak terlalu menderita dengan pemakzulan (presiden)," kata Sandra di Giacomo, salah satu demonstran di Sao Paulo.
(mdk/idr)