Lebarkan sayap di bisnis properti, Kimia Farma bangun hotel
Kimia Farma mengincar tiga lokasi untuk pengembangan bisnis properti yakni Denpasar, Bandung, Jakarta.
PT Kimia Farma nampaknya tidak ingin cuma jadi penonton saat bisnis properti di Indonesia memasuki masa keemasan. Perseroan tidak ingin melewatkan momentum itu begitu saja.
Berangkat dari moncernya bisnis properti di dalam negeri, BUMN farmasi ini telah menetapkan bakal menggarap beberapa proyek rumah sakit dan hotel yang siap dikembangkan untuk menggenjot laba korporasi.
-
Kenapa Hotel Kalitaman dibangun? Dilansir dari Nitroburner.nl, saat Pangeran Frederik menetap di Semarang selama perjalanannya ke Jawa, ia juga ingin melakukan perjalanan ke Salatiga. Namun kesulitannya adalah mencari akomodasi yang cocok untuk tamu kerajaan dan rombongan. Maka di Salatiga dibangunlah gedung hotel tersebut secara tergesa-gesa.
-
Di mana Hotel Ammi Cepu berada? Hotel Bintang Lima Ini Menu Sarapannya Makanan Tradisional Khas Blora, Pengunjung: Baru Nemu yang Seperti Ini Bupati Blora berharap hotel itu terus berinovasi dalam mengembangkan makanan dengan cita rasa kearifan lokal.
-
Kapan Hotel Kalitaman dibangun? Bangunan itu dibangun pada tahun 1837 untuk menyambut kedatangan Pangeran Williem Frederik Henderik, putra raja Williem II.
-
Bagaimana KM Kelud disulap menjadi hotel terapung? Sebanyak 2.100 kursi nantinya akan diubah menjadi tempat tidur serta ketambahan kamar tidur sebanyak 500 unit. Dengan jumlah yang banyak, nantinya cukup digunakan sebagai tempat tinggal selama PON berlangsung.
-
Kapan Hotel Cheribon didirikan? Tidak banyak sumber yang menjelaskan tentang hotel ini. Namun dari sejumlah catatan sejarah, bangunan ini didirikan pada awal 1900-an, di mana tata kota di sana sudah beranjak modern dari yang sebelumnya hanya memiliki arsitektur bergaya keraton.
-
Di mana letak vila 'Kayumanis Sanur Private Villa & Spa'? Penginapan ini berlokasi di Jalan Tirta Akasa No 28 Sanur, Sanur, Bali, Indonesia, 80227.
Direktur Pengembangan Kimia Farma Wahyuli Syafari mengaku, pihaknya telah mengincar tiga lokasi untuk pengembangan bisnis properti. Tiga kota yang masuk radar Kimia Farma adalah Denpasar, Bandung dan Matraman (Jakarta).
"Nantinya kita akan membangun bisnis properti ini juga bersamaan pengembangan apotek dan klinik yang sudah ada," ujarnya di Kantor Kimia Farma, Jakarta, Kamis (16/10).
Dia memaparkan alasan perseroan melebarkan sayap bisnis ke sektor properti. Latar belakangnya tidak lain hanya untuk pengoptimalan aset.
"Optimalisasi aset. Bisnis apotek satu misalnya Rp 100 juta. Tiap tahun dengan inovasi tidak jauh dari Rp 110 juta. Kenapa? Lahan ada, lokasi dapat strategis kayak di Bandung dan pangsa pasar kalau weekend ke Bandung susah cari hotel, bisa dapat di mana," jelas dia.
Diprediksi, hotel ini bakal rampung tahun depan dan akan tercatat sebagai hotel pertama milik Kimia Farma. Hotel tersebut akan berpadu dengan layanan kesehatan di dalamnya.
"Kalau pembangunan hotel di jalan Dago 51 (Bandung) itu akan jadi hotel. Lantai 1: apotek, lantai 2 klinik, lantai 3 atau lobi hotel. Core bisnis kita itu saja. Kontaknya di Bandung sudah. Pemenang sudah. Tinggal pelaksana izin mendirikan bangunan (IMB). Hotel Bintang kelas 3-4 ada 7-9 lantai," ungkapnya.
Disinggung soal sumber dana untuk investasinya, perseroan mengambilnya dari dana belanja modal (capex) sebesar Rp 600 miliar.
Selanjutnya untuk bisnis rumah sakit, perseroan masih menunggu kerja sama dengan perusahaan BUMN karya, kali ini PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
"Rumah sakit kan diharapkan lebih diutamakan bersama BUMN, ternyata Kita sudah launching dengan WIKA, karena WIKA yang menawarkan," papar dia.
Perseroan berencana bakal menggarap rumah sakit kategori ibu dan anak. Lokasi yang dipilih adalah Jakarta.
"Mungkin tipe rumah sakit ibu dan anak. Soalnya Inline. Kita mulai merubah, pola bisnis kita dari manufaktur, jadi heart care company. Karena paling cepat juga rumah sakit ibu dan anak. Kalau spesialis cari dokternya susah, apalagi dokter-dokter lainnya," tutup dia.
(mdk/noe)