LNG untuk bahan bakar bus, Pertamina klaim jadi pionir di ASEAN
Setelah bus, saat ini Pertamina melakukan uji coba penggunaan LNG pada truk pengangkut BBM.
PT Pertamina (Persero) melakukan uji coba penggunaan gas alam cair (LNG) sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Uji coba dilakukan pada truk-truk pengangkut bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina.
Direktur Pemasaran Pertamina Hanung Budya, mengatakan uji coba ini dilakukan pertama kali untuk kendaraan jenis truk di Indonesia. Sebelumnya pernah dicoba hal serupa tapi untuk kendaraan bus.
"Sebelumnya pernah dilakukan uji coba serupa di Badak, tetapi untuk kendaraan jenis bus. Uji coba LNG untuk kendaraan bus itu juga pertama kali di kawasan ASEAN," ujar Hanung dalam keterangannya di Jakarta, Senin (27/10).
Uji coba penggunaan LNG untuk kendaraan itu juga sedang dilakukan terhadap peralatan tambang milik PT Indominco Mandiri dan PT Berau Coal Energy. Menurut Hanung langkah ini sebagai salah satu bentuk konversi dari BBM ke BBG. Harapannya dapat untuk menghemat konsumsi BBM dan menekan impor.
"Ini adalah produk gas ketiga, LNG, dan belum banyak negara melakukan. ASEAN kita pelopornya dan kita sangat serius melakukan ini (konversi)."
Dari data Pertamina, jumlah kendaraan truk angkutan berat dan bis yang beroperasi saat ini berkisar antara 1,5 juta hingga 1,6 juta unit. Jika dari jumlah total itu diasumsikan bisa mengikutkan 500.000 unit truk, bis, dan angkutan barang lainnya dalam program konversi BBM ke gas atau LNG, maka Hanung optimistis, Indonesia akan mampu melakukan penghematan BBM sekaligus menyelamatkan anggaran negara yang sangat besar.
"Misalnya kita asumsikan yang dikonversikan itu adalah 100 liter BBM jenis solar per hari per kendaraan, maka itu akan menimbulkan penghematan yang signifikan dari sisi komersial," katanya.
Hanung menyebut, penggunaan LNG jauh lebih irit dari solar. Dari hitungannya, nilai keekonomian solar saat ini adalah Rp 12.000 per liter. Sedangkan satu liter solar sama dengan 1,68 liter LNG. Harga LNG saat ini sekitar USD 11 per MMbtu dari lapangan Badak. Ditambah dengan ongkos angkut, maka harga eceran LNG di Jawa akan berkisar di angka Rp 8.000 per liter.
Namun penggunaan LNG diakui tidak mudah, ada masalah membangun pengisian LNG di Jawa. Membawa LNG melalui laut ke Jawa bisa diatasi, tetapi tetap perlu dukungan pemerintah agar mengizinkan tabung LNG dibawa oleh kapal kargo umum.
"Ketika kapal kargo umum diizinkan mengangkut skid tank LNG, maka akan mudah membawa LNG ke mana-mana, dan segera bisa kita bangun stasiun pengisian untuk kendaraan," katanya.
Bila pemerintah bisa segera mengeluarkan izin itu, maka Hanung juga optimistis Pertamina akan dapat segera membangun stasiun pengisian LNG untuk kendaraan di pulau Jawa.
"Kalau izin itu bisa segera diterbitkan, Pertamina janji pertengahan 2015 akan bangun stasiun pengisian di Jakarta. Sehingga secara teori, semua angkutan di Jabodetabek bisa segera dikonversi ke LNG," tutupnya.