Membedah Sistem Keamanan Kereta Cepat Jakarta - Bandung
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dirancang beroperasi hingga kecepatan 350 km/jam.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dirancang beroperasi hingga kecepatan 350 km/jam. Kereta ini dipastikan memiliki tingkat keamanan tinggi. Didasari teknologi yang terpasang pada sistem proteksi ancaman KCJB.
"Keamanan tentu menjadi perhatian khusus, apalagi KCJB ini nanti saat beroperasi akan melaju sampai 350 km/jam. Untuk itu Kami sudah siapkan teknologi canggih yang terpasang di lintasan dan di dalam rangkaian kereta yang dapat mencegah terjadinya bahaya," jelas Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, Sabtu (20/11).
-
Kapan uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung dimulai? Uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) akan dimulai besok, Jumat 15 September 2023 hingga 30 September 2023.
-
Kapan mobil bekas taksi dianggap punya jarak tempuh rendah? Taksi umumnya menempuh jarak yang lebih pendek dibandingkan mobil pribadi pada tahun yang sama, karena waktu operasional taksi terbatas.
-
Kenapa Raffi Ahmad dan Gading Marten ikut mencobai kereta cepat Jakarta Bandung? Rabu (13/9) hari ini Raffi Ahmad berkesempatan mencobanya bersama Presiden Jokowi.
-
Dimana Raffi Ahmad mencobai kereta cepat Jakarta Bandung? Proyek kereta cepat Jakarta Bandung akhirnya selesai digarap.
-
Mengapa kereta cepat Jakarta-Bandung mendapat sambutan baik dari masyarakat? Uji coba Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) akan dimulai besok, Jumat 15 September 2023 hingga 30 September 2023. Tak ayal, hal ini disambut baik oleh masyarakat, khususnya warga yang tinggal di sekitar KCJB.
-
Kenapa mobil bekas taksi punya harga yang lebih terjangkau? Umumnya, harga mobil bekas taksi jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan mobil bekas lainnya yang sejenis dan berusia sama. Fenomena ini disebabkan oleh tingkat penyusutan nilai yang lebih cepat pada mobil taksi.
Dwiyana sudah menyiapkan berbagai instrumen untuk melindungi KCJB dari potensi bahaya. Diantaranya Disaster Monitoring Center, sensor pendeteksi ancaman di sepanjang trase KCJB, dan Disaster Monitoring Terminal di Tegalluar sebagai pusat pengelolaan data kebencanaan.
Selain itu, ada juga instrumen pengamatan langsung di lapangan dengan CCTV yang tersambung ke command center KCJB untuk mengirim informasi visual. Lalu, terdapat juga Internal dan Eksternal Lightning Protection System pada konstruksi KCJB.
Terkait ancaman gempa, di sepanjang trase KCJB akan terpasang 7 sensor yang jarak rata-ratanya setiap 25 km. Cara kerja dari sistem ini, setiap sensor akan mengirim data jika mendeteksi getaran ke Disaster Monitoring Center. Lalu dianalisis untuk dilakukan upaya pencegahan kecelakaan pada KCJB.
Adapun sinyal kegempaan yang pertama kali akan ditangkap dan dikirim oleh alat sensor tersebut berupa gelombang P yang merupakan tanda awal terjadinya gempa. Informasi itu lalu akan sampai ke Disaster Monitoring System sebelum terjadinya Gelombang S yang merupakan getaran perusak dari gempa bumi.
Dari sinyal gelombang P yang terdeteksi tersebut, Dwiyana pun menjelaskan kalau pihaknya dapat segera melakukan mitigasi ancaman dengan mengirimkan peringatan dan instruksi ke setiap rangkaian kereta yang sedang beroperasi.
Lebih detail, Dwiyana menjabarkan kalau alarm yang dikirim dari Disaster Monitoring Center untuk ancaman kegempaan terbagi ke dalam tiga level, yaitu level 1 untuk gelombang P antara 40 gal-80 gal, level 2 untuk 80 gal -120 gal, dan level 3 untuk gelombang P lebih dari 120 gal.
KCJB juga akan bekerja sama dengan BMKG untuk perlindungan dari ancaman gempa. Dengan begitu, Disaster Monitoring Center KCJB bisa mendapatkan data terkait ancaman gempa lebih awal. Karena BMKG sudah memiliki banyak alat sensorik yang terpasang di dekat epicentrum gempa.
"KCJB ini proyek kolaborasi, termasuk untuk perlindungan gempa yang bekerjasama dengan BMKG. mereka sudah memiliki alat sensor yang terpasang di dekat pusat gempa jadi kita bisa dapat early information kalau ada ancaman gempa untuk segera dilakukan mitigasi," jelas Dwiyana.
Dwiyana meyakini konstruksi KCJB juga sudah dirancang agar aman dari ancaman petir. Saat ini ada dua jenis LPS yang dipasang di trase KCJB, yaitu eksternal LPS dan internal EPS. Adapun metode yang diterapkan pada eksternal LPS adalah pemasangan air terminal yang berfungsi untuk menangkap petir dan down conductor grounding system yang mampu mengalirkan arus listrik dari sambaran petir dari atas konstruksi ke tanah dengan baik.
Grounding sytem yang dibangun melalui IES seperti ini yang tidak ditemukan di perkeretaapian lainnya. Sedangkan untuk internal LPS, dia menyebut kalau konstruksi KCJB sudah dilengkapi shielding untuk kebutuhan induksi listrik, arrester untuk konduksi, dan bonding untuk elevasi tegangan. Semua ancaman petir ini telah mempertimbangkan masukan karakteristik petir iklim tropis dari ahli petir Indonesia sehingga desain perlindungan terhadap petir di KCJB jaub lebih baik.
Baca juga:
Eks Cleaning Service Terlibat Pencurian Besi Kereta Cepat, Beri Info ke Pelaku Lain
Erick Thohir: Proyek Kereta Cepat Perlu Waktu Panjang untuk Balik Modal
KCIC: Pencurian 118 Ton Besi Tak Pengaruhi Konstruksi Utama Proyek Kereta Cepat
Polisi Panggil PT WIKA Terkait Pencurian 118 Ribu Kg Besi Proyek Kereta Cepat
Polisi Selidiki Dugaan Keterlibatan Orang Dalam Terkait Pencurian Besi Kereta Cepat
Polsek Makassar Buru 4 Pencuri Besi Proyek Kereta Cepat