Melacak Jejak Jembatan Kereta Api yang Hilang di Jogja, Dulu Termasuk Jembatan Penting Penghubung Jalur Jakarta-Surabaya
Sebuah jembatan kereta api yang membentang di atas jalur kereta api dibangun pada tahun 1929 untuk menghubungkan jalur kereta Batavia-Surabaya.
Sekitar tahun 1920-an, sebuah jaringan jalur kereta api cepat terhubung dari Batavia hingga Surabaya. Keberadaan jalur kereta api ini membuat kedua kota besar di Pulau Jawa saat itu dapat ditempuh dalam waktu 13 jam.
Hingga akhirnya pada 1 November 1929, diluncurkan sebuah layanan kereta api cepat Batavia-Surabaya bernama Eendaagsche Express. Kereta api itu singgah di beberapa kota-kota besar seperti Cirebon, Yogyakarta, Solo, Madiun, Mojokerto, hingga berakhir di Surabaya.
-
Dimana jembatan ini berada? Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembudi Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi atau sekitar 10 kilometer dari jalur nasional.
-
Siapa yang membongkar jalur kereta api Jogja-Bantul? Pada tahun 1943, pekerja Romusha Jepang membongkar jalur kereta api untuk segmen Palbapang-Sewugalur untuk pembangunan jalur kereta api di tempat lain dan mengubah jalur Yogyakarta-Palbapang dari lebar sepur 1.435 mm menjadi 1.067 mm.
-
Dimana jembatan Romawi itu ditemukan? Sebuah jembatan era Romawi kuno yang tersembunyi di bawah sungai di Italia tiba-tiba menampakkan diri.
-
Dimana Jembatan Cikacepit berada? Salah satu peninggalan tersebut adalah Jembatan Cikacepit yang terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran.
-
Dimana lokasi Jembatan Suramadu? Bagi Anda yang ingin mengunjungi Jembatan Suramadu, langsung saja ke Jalan Tol Suramadu, Tambak Wedi, Kenjeran, Kota Surabaya.
-
Dimana Jembatan Kembar Tengaran berada? Di sebelah selatan Kota Salatiga menuju ke arah Boyolali, ada sebuah jembatan kembar yang menjadi bagian dari Jalan Raya Semarang-Solo.
Staatsspoorwegen (SS), selaku perusahaan kereta api yang memiliki jalur serta layanan kereta api cepat itu, sebelumnya telah membangun jalur kereta api yang membuat kedua kota itu terhubung. Di wilayah Yogyakarta, mereka perlu membangun beberapa jembatan untuk jaringan jalur kereta api itu. Salah satu jembatan kereta api terbilang unik. Selain membentang di atas sebuah sungai, jembatan ini juga membentang di atas jalur kereta api milik perusahaan kereta api Belanda lainnya bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang menghubungkan Semarang-Solo-Yogyakarta.
Berikut selengkapnya dikutip dari akun Instagram @roemahtoea:
Pembangunan Derde Rail
Sebelum jembatan itu dibangun, SS bernegosiasi dengan NISM agar bisa menumpang di jalur yang sudah ada. Jalur NISM yang menghubungkan Semarang hingga Yogyakarta sudah lebih dulu dibangun, baru kemudian perusahaan SS memohon agar kereta api mereka bisa melintas di jalur yang sudah ada itu agar jalur Solo-Yogyakarta yang terputus untuk menghubungkan Batavia dan Surabaya bisa terhubung. Karena lebar jalur kereta api untuk masing-masing perusahaan berbeda, SS memasang “derde rail” di tengah jalur NISM yang lebarnya lebih besar. Setelah derde rail dipasang, jalur Batavia-Surabaya milik SS bisa tersambung pada tahun 1899.
Namun pada tahun 1925, SS memutuskan untuk membangun jalur kereta api sendiri. Jalur itu dibangun mulai dari Stasiun Solo Jebres dan posisinya berada persis di samping jalur kereta api milik NISM. Dari Stasiun Solo Balapan, jalur SS berada di sisi selatan jalur NISM. Mendekati Stasiun Maguwo, SS merancang sebuah fly over yang akan memindahkan jalur SS di selatan NISM ke sisi utara.
Fly Over Penghubung
Fly over atau jembatan itu perlu dibangun untuk menyesuaikan letak peron jalur kereta api di Stasiun Yogyakarta. Di stasiun itu, peron jalur milik SS berada di sisi utara stasiun, sedangkan peron milik NISM berada di sisi selatan.
Mempertimbangkan hal tersebut, sebuah jembatan fly over dibangun di Maguwo pada Oktober 1928. Dikutip dari akun Instagram @roemahtoea, jembatan tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu pilar bagian selatan dan landasan railbed, pilar bagian utara dan landasan railbed, serta konstruksi jembatan yang terbuat dari baja yang terletak di antara dua pilar.
Konstruksi baja itu memiliki berat 108.000 kg, panjang 40 meter, dan lebar 6 meter. Pilar di kedua sisi jembatan memiliki tinggi 9 meter. Proyek pengerjaan jembatan itu dilakukan sekitar 1.000-2.000 orang per hari dan melibatkan kontraktor lokal baik milik pribumi maupun Tionghoa. Akhirnya, konstruksi jembatan itu selesai dibangun pada awal tahun 1929.
Menghilang
Pada Mei 1929, semua kereta api milik SS, baik barang maupun penumpang, sudah bisa melewati jembatan baru tersebut. Dengan selesainya jembatan itu, layanan perjalanan kereta api SS dari Batavia hingga Surabaya sudah tersambung dengan sempurna.
Sayangnya kini salah satu jembatan kereta api penting yang pernah dibangun di era kolonial Belanda itu menghilang. Dikutip dari akun Instagram @roemahtoea, jembatan itu diduga dibongkar pada era penjajahan Jepang untuk pembangunan jembatan kereta api di tempat lain. Kini yang tersisa hanya dua buah pilar jembatan yang berada di sisi selatan dan utara jalur kereta api Jogja-Solo. Letaknya berada di timur Stasiun Maguwo.