Mengulik Sejarah di Balik Eksotisme Jembatan Kereta Api Sungai Serayu di Banyumas, Tetap Kokoh Meski Pernah Kena Bom Jepang
Jembatan ini diapit oleh kawasan perbukitan yang hijau, ditambah dengan aliran Sungai Serayu yang luas

Jembatan ini diapit oleh kawasan perbukitan yang hijau, ditambah dengan aliran Sungai Serayu yang luas
Foto: YouTube Jejak Siborik

Mengulik Sejarah di Balik Eksotisme Jembatan Kereta Api Sungai Serayu di Banyumas, Tetap Kokoh Meski Pernah Kena Bom Jepang
Jembatan Kereta Api yang membentang di atas Sungai Serayu di Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, merupakan jembatan yang eksotis.
Jembatan ini diapit oleh kawasan perbukitan yang hijau, ditambah dengan aliran Sungai Serayu yang luas memberikan eksotisme yang begitu ikonik. Keindahannya tak pernah berubah dari waktu ke waktu.
Sebelum adanya jaringan transportasi darat seperti jalur kereta api dan jalan raya, warga Banyumas dan sekitarnya menjadikan Sungai Serayu sebagai jalur transportasi menggunakan sampan.

Kemudian perusahaan kereta api milik pemerintah Belanda, Staatsspoorwegen, membangun jalur kereta api dari Cilacap ke Kroya. Tujuan dari pembangunan jalur kereta api ini adalah untuk menghubungkan Batavia dan Yogyakarta melalui jalur selatan.


Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, pembangunan jalur kereta api itu juga meliputi pembangunan jembatan dan terowongan pada tahun 1914-1915.

Jembatan peninggalan Belanda masih dapat dilihat saat ini dengan konstruksi yang sangat kokoh, padahal pada masa penjajahan Jepang, jembatan itu pernah dibom.
Dampak Pembangunan Jalur Double Track
Pada tahun 2016, dibangun jalur kereta api Double Track yang menghubungkan Kroya hingga Purwokerto. Untuk pembangunan jalur itu, dibangunlah terowongan dan jembatan kereta api yang baru. Salah satu jembatan baru yang dibangun adalah jembatan yang membentang di atas Sungai Serayu.

Setelah proyek itu rampung pada tahun 2019 dan jembatan yang baru juga rampung dibangun, jembatan kereta api yang lama tidak digunakan lagi.
Dalam proyek tersebut, medan yang banyak sungai dan berbukit menjadi kendala. Apalagi ada tiga terowongan baru yang harus dibangun yaitu Terowongan Kalirajut, Notog, dan Kebasen.
Selain itu ada dua jembatan panjang, yaitu jembatan yang membentang di atas Sungai Serayu dan jembatan yang membentang di atas Sungai Logawa.