Melihat Jejak Peninggalan Jembatan Kereta Api Belanda di Wonosobo, Masih Utuh Sampai Sekarang
Jembatan Selokromo merupakan satu bangunan yang masih utuh di jalur kereta api Maos-Wonosobo. Kini fungsinya telah beralih ke jembatan penyeberangan.
Jalur kereta api Serajoedal Stoomtram Maatscappij (SDS) dibangun mengikuti aliran Sungai Serayu mulai dari Maos di Kabupaten Cilacap hingga Wonosobo. Karena banyak melewati sungai, pembangunan jalur ini juga diikuti dengan pembangunan banyak jembatan.
Kini jalur kereta api itu sudah tidak digunakan lagi. Bersamaan dengan itu pula banyak aset-aset seperti bantalan rel, batang rel, hingga bangunan stasiun yang hilang tak bersisa. Begitu pula dengan jembatan-jembatan yang dibangun di atas sungai.
-
Bagaimana konstruksi jembatan Kali Kuto di tol Semarang-Batang? Jembatan itu merupakan jembatan pertama yang strukturnya dirakit secara langsung di lokasi pemasangan.
-
Dimana Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo berada? Jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo pertama kali dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) antara tahun 1896-1917. Saat itu, pembangunan jalur sejauh 88 kilometer itu dilakukan guna mengintegrasikan perusahaan-perusahaan gula di wilayah itu dan selanjutnya dikembangkan untuk pengangkutan hasil bumi seperti teh, kayu manis, dan tembakau.
-
Dimana jembatan ini berada? Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembudi Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi atau sekitar 10 kilometer dari jalur nasional.
-
Siapa yang membangun Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo? Jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo pertama kali dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) antara tahun 1896-1917.
-
Apa nama terowongan kereta api di Sawahlunto? Di Sumatra Barat tepatnya di Sawahlunto terdapat sebuah terowongan tua bernama Lubang Kalam.
-
Dimana Jembatan kereta api Sungai Serayu berada? Jembatan Kereta Api yang membentang di atas Sungai Serayu di Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, merupakan jembatan yang eksotis.
Namun beberapa jembatan masih tampak utuh dan terawat. Hanya saja kini fungsinya beralih jadi jembatan penyeberangan antar kampung. Salah satunya adalah Jembatan Selokromo yang berada di Desa Selokromo, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Berikut selengkapnya:
Jembatan Selokromo Tempo Doeloe
Dalam sebuah video yang diunggah akun YouTube Banjoemas History, tampak sebuah kereta api uap melintas di atas Sungai Begaluh di petak antara Stasiun Selokromo hingga Stasiun Gunungtawang. Jembatan ini dibangun di atas Sungai Begaluh yang merupakan anak dari Sungai Serayu yang debit airnya lumayan besar.
Jembatan ini memiliki panjang 37 meter. Jaraknya hanya 250 meter dari Stasiun Selokromo. Banyak sumber foto saat di mana jembatan itu masih digunakan. Salah satunya adalah foto koleksi Tropen Museum yang diambil sekitar tahun 1920-an.
Dalam foto itu, terlihat lokomotif milik SDS dengan nomor seri D buatan Jerman pada tahun 1914. Pada awalnya, lokomotif itu ditugaskan untuk menarik kereta dari Stasiun Banjarnegara hingga Stasiun Selokromo. Namun setelah tahun 1917, lokomotif itu bertugas untuk menarik kereta dari Stasiun Selokromo hingga Stasiun Wonosobo yang merupakan jalur menanjak.
Stasiun Pergantian Lokomotif
Pada masanya, Stasiun Selokromo merupakan Stasiun pergantian lokomotif dari seri C ke seri D yang lebih panjang dan bertenaga. Stasiun itu dibuka pada 1 Mei 1916 bersamaan dengan dibukanya jalur kereta api Banjarnegara-Wonosobo segmen Banjarnegara-Selokromo.
Stasiun itu ditutup pada tahun 1978 karena prasarana yang dimakan usia dan kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Walaupun secara resmi bangunan itu telah beralih kepemilikan oleh KAI, namun bangunan stasiun itu kini disewakan untuk tempat tinggal warga.
Masih Tampak Utuh
Sementara itu nasib Jembatan Selokromo saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan jembatan-jembatan tua peninggalan Belanda yang kini sudah tidak digunakan. Kini Jembatan Selokromo digunakan sebagai sarana jembatan penghubung antar kampung untuk kendaraan roda dua dan pejalan kaki.
Tampak di jembatan itu masih terlihat rel dengan bantalan kayu dan besi. Agar bisa dilalui motor, warga memberikan cor semen pada lantai dan pagar pengaman di tiap sisinya.
Walaupun begitu, sebenarnya fondasi dan pilar pada jembatan ini tidak mendapat perawatan baik dari masyarakat setempat maupun pemerintah.
Fondasi Jembatan Tergerus
Di bawah rangka jembatan itu terdapat jaringan pipa berwarna biru milik perusahaan air minum setempat. Sedangkan di salah satu sisi di pinggir jembatan dimanfaatkan sebagai tempat berteduh pada penambang pasir yang melakukan aktivitas penambangan di Sungai Begaluh.
Pada fisik bangunan terdapat banyak sekali tumbuhan-tumbuhan lumut yang sebenarnya bisa membahayakan kekuatan jembatan apabila terus dibiarkan tumbuh. Dikutip dari kanal YouTube Banjoemas History, aktivitas penambangna pasir di sekitar jembatan sebenarnya juga membahayakan, karena bisa membuat tergerusnya fondasi jembatan. Kini jembatan itu hanya memiliki 2 meter. Padahal dulu jembatan itu memiliki kedalaman hingga delapan meter.