Melihat Sisa Jembatan KA yang Berjaya Tahun 1906 di Bandung Barat, Kokoh Meski Berusia 1 Abad Lebih
Jembatan tampak usang dan hanya menyisakan dinding pondasi dengan tiga lorong cincin di bawahnya. Struktur mengalami pelapukan hingga dipenuhi semak belukar
Bangunan ini merupakan sisa dari jembatan kereta api (KA) Cisomang generasi pertama yang pernah beroperasi di perbatasan Bandung Barat dengan Kabupaten Purwakarta. Masa kejayaannya dimulai pada tahun 1906 sebagai jalur untuk mendukung mobilitas angkutan barang dan penumpang.
Kondisi jembatan juga sudah usang dan hanya menyisakan dinding pondasi dengan tiga lorong cincin di bawahnya. Struktur bangunan mengalami pelapukan dan dipenuhi semak belukar.
-
Kapan jembatan ini dibangun? Jembatan ini dibangun pada tahun 1914.
-
Kapan jembatan itu dibangun? Konon jembatan gantung ini sudah ada sejak tahun 1918.
-
Dimana jembatan ini berada? Berada di jalur masuk Perkebunan Kendenglembudi Desa Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi atau sekitar 10 kilometer dari jalur nasional.
-
Bagaimana bentuk Jembatan Simanja saat ini? Setelah kereta tidak melintas lagi, aksesnya diganti menjadi jembatan dengan konstruksi cor beton dan dijadikan penghubung satu-satunya warga menuju Desa Hatonduhan.
-
Di mana jembatan kuno berusia 5.600 tahun ditemukan? Jembatan ini ditemukan di gua Genovesa di Mallorca, Spanyol.
-
Bagaimana jembatan ini dibangun? Jembatan ini dibangun menggunakan rangka baja tipe Callender Hamilton dengan menggunakan dua profil siku ganda sebagai rangka jembatannya.
Menurut catatan sejarah, jembatan ini hanya digunakan sebentar karena dinilai tidak layak. Banyak kereta api yang melintas di jembatan ini mengalami anjlok, sehingga sering kali harus dievakuasi.
Saat ini, warga sekitar memanfaatkan area sekitar Jembatan Cisomang generasi pertama sebagai lahan pertanian. Lorong berbentuk cincin di bawahnya juga dijadikan tempat berteduh saat mereka beristirahat.
Posisinya Tertutup Semak Belukar dan Kebun Warga
Meskipun telah berusia ratusan tahun, sisa struktur jembatan yang terbuat dari batu dan campuran kapur masih bisa dilihat dengan jelas.
Akses menuju lokasi bekas jembatan peninggalan Belanda ini juga tidaklah mudah, karena dipenuhi semak belukar dan berada di area kebun milik warga.
Menurut warga sekitar, total jembatan kereta Cisomang generasi pertama berjumlah empat bangunan. Namun, dua di antaranya berada di wilayah Kabupaten Purwakarta dan sulit untuk diakses.
“Jadi pilar bekas jembatannya ini kan ada empat ya, dua di Bandung Barat yang dua lagi ada di Darangdan, Purwakarta ya, dan itu ada di sungai, susah,” kata warga setempat yang juga video kreator di kanal Youtube Dekat Rumah.
Betuknya Bergaya Khas Kolonial
Desain jembatan ini memiliki nuansa kolonial yang sangat kental. Hal ini terlihat dari bentuk tiga lingkaran cincin yang berada di bagian bawah jembatan.
Jembatan dengan desain seperti ini memang menjadi ciri khas dari bangunan perlintasan yang dibangun oleh Belanda pada masanya.
Jika diperhatikan, jembatan dengan desain serupa dapat ditemukan di banyak tempat, salah satu yang terkenal adalah jembatan cincin di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
“Kalau di Kabupaten Bandung Barat, jembatan peninggalan Belandanya ada di areal persawahan ya. Ini sepertinya dibangun menggunakan kapur,” kata kreator tersebut.
Rel Sudah Hilang Tak Berbekas
Sampai sekarang, keberadaan besi rel tidak diketahui. Banyak yang menduga jika besi perlintasan sudah dipindahkan ke tempat lain ataupun hilang ditelan zaman.
Meski begitu, sebagian besar kondisinya masih kokoh berdiri sejak pertama kali dibangun.
“Sisa jembatan saat ini sulit dicari karena letaknya cukup jauh dari dua jembatan Cisomang yang lebih baru. Rel menuju bekas jembatan ini juga telah raib,” tambah kreator video.
Tak Digunakan Karena Sering Sebabkan Kereta Anjlok
Dalam laman Wikipedia disebutkan bahwa jembatan ini hanya digunakan selama 26 tahun, mulai 1906 sampai 1932. Alasan jembatan ini ditinggalkan, karena kereta yang melintas sering mengalami anjlok.
Penyebabnya adalah kondisi tanah yang labil di sekitar area persawahan dan sungai. Ketika kereta melintas, terjadi perubahan pola rel, sehingga roda kereta bergeser.
“Sejak tahun 1932, jembatan ini tidak lagi digunakan dan hanya tersisa fondasinya saja,” sebut Wikipedia