Membaca Filosofi Jembatan Semanggi yang Melegenda di Jakarta, Hasil Pemikiran Soekarno dari Sebuah Daun
Soekarno menciptakan jembatan tersebut karena terinspirasi oleh sebuah daun dengan nama sama. Dari daun itu, ia melihat pola kesamaan yang ada di Indonesia.

Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, dahulu membuat gebrakan pembangunan di Jakarta sebagai bukti keberhasilan lepas dari era penjajahan. Bangunan-bangunan ikonik didesainnya dengan gagah, salah satunya Jembatan Semanggi.
Kala itu, jalur layang tersebut Soekarno bangun dengan dasar filosofi kenegaraan sehingga pusat ibu kota Indonesia itu terlihat modern. Ini terbukti dari pola yang meliuk indah dan mempercantik wajah Jakarta.
Rupanya, ada hal menarik di balik penamaan Semanggi. Konon kabarnya, Soekarno menciptakan jembatan tersebut karena terinspirasi oleh sebuah daun dengan nama sama. Tak hanya itu, ia juga menuangkan harapan terhadap masa depan Indonesia dari filosofi daun di jembatan tersebut.
Hingga sekarang, Jembatan Semanggi masih menjadi salah satu bangunan legendaris yang mempertegas kemegahan dari Kota Jakarta. Berikut informasi selengkapnya.
Jembatan Semanggi dan Cita-cita Soekarno Angkat Jati Diri Negara

Merujuk buku “Jakarta: Sejarah 400 Tahun” karya Susan Blackburn, dikatakan bahwa sebenarnya pembangunan Jakarta sudah mulai terasa sejak era kolonial. Kemudian, perbaikan tata kota dirancang ulang oleh pemerintahan Soekarno setelah bangsa asing benar-benar pergi dari Indonesia mulai tahun 1950-an.
Mulanya, Soekarno membangun ikon-ikon penting seperti Monumen Nasional, Patung Selamat Datang sampai Patung Pancoran yang seluruhnya didirikan awal tahun 1960-an.
Dari sana, arah pembangunan bergeser menjadi lebih beragam seperti Hotel Indonesia yang merupakan bangunan bertingkat pertama, kemudian Masjid Istiqlal, sampai Jembatan Semanggi yang berarsitektur modern ala negara barat.
“Setelah Indonesia merdeka, Soekarno membangun Jakarta dengan monumen dan bangunan megah,” tulis deskripsi di buku karya Susan.
Jembatan Semanggi Pondasi Kemegahan Jakarta
Seiring berkembangnya Jakarta sebagai kota metropolitan, Soekarno kemudian mencarikan solusi agar masalah kemacetan yang mulai terjadi di sana bisa terselesaikan dengan baik.
Langkah pertama adalah dibangunlah sebuah jembatan agar mobilitas kendaraan bisa berjalan maksimal. Selain untuk menjawab permasalahan lalu lintas, jembatan ini juga dipikirkan betul-betul oleh Soekarno.
Ia berpikir, bahwa jembatan ini harus mempresentasikan Jakarta yang besar, megah dan modern melalui kekuatan arsitekturnya.
“Pemimpin besar revolusi ini berharap Jakarta sebagai ibukota menjadi kebanggaan nasional,” tulis di buku itu lagi.
Warga Sempat Menolak Pembangunan Jembatan Semanggi

Saat rencana Soekarno mengembangkan Jakarta melalui jembatan Semanggi, masyarakat segera melakukan penolakan.
Alasannya waktu itu, warga Jakarta masih berada dalam kemiskinan. Kemudian, kondisi ekonomi negara yang baru seumur jagung ini belum terlalu kuat sehingga dikhawatirkan semakin mempengaruhi perekonomian masyarakat.
Namun, Soekarno meyakinkan bahwa pembangunan akan berdampak baik. Apalagi ketika itu, Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asean Games 1962, sehingga tata ruangnya harus diperbaiki dengan layak.
Merujuk esi.kemdikbud.go.id, jembatan ini pertama kali dibangun pada 1961 dan dipimpin oleh arsitek Ir. Soetami yang ketika itu menjabat sebagai menteri pekerjaan umum. Pengerjaannya dilakukan menggunakan alat-alat canggih kala itu, agar pengerjaan bisa lekas selesai.
Jembatan Semanggi Terinspirasi dari Sebuah Daun

Sebagai seseorang yang menjunjung tinggi kelokalan, Soekarno memikirkan nama yang tepat untuk jembatan tersebut. Akhirnya, terpikirlah untuk menggunakan nama Semanggi yang merupakan nama dari sebuah daun.
Iya, daun Semanggi memang melekat dengan Jawa Timur sebagai daerah asal dari Soekarno. Biasanya daun ini dijadikan sebagai isian dalam kuliner nasi pecel. Namun, ada alasan yang lebih besar mengapa daun Semanggi menjadi inspirasi dari Jembatan Semanggi.
Kabarnya, Soekarno menganggap jika daun ini memiliki empat pola bentuk yang menggambarkan suku bangsa di Indonesia. Ini sesuai dengan mimpinya yakni menyatukan suku-suku bangsa dan budaya ke dalam sebuah negara bernama Indonesia.
Sejak itu, jembatan menjadi sebuah ikon lalu lintas modern di Kota Jakarta